Astronom Arab Memprediksi di Tahun 2033, Ramadhan dan Idul Fitri Terjadi Dua Kali dalam Setahun

Astronom Federasi Ilmu Luar Angkasa dan Arab mengemukakan pada tahun 2033 akan terjadi dua kali Ramadhan dan Idul Fitri dalam satu tahun masehi.

Chandra Iswinarno
Minggu, 17 April 2022 | 20:59 WIB
Astronom Arab Memprediksi di Tahun 2033, Ramadhan dan Idul Fitri Terjadi Dua Kali dalam Setahun
Ilustrasi Ramadhan. (Pexels)

SuaraJakarta.id - Astronom Federasi Ilmu Luar Angkasa dan Arab mengemukakan pada tahun 2033 akan terjadi dua kali Ramadhan dan Idul Fitri dalam satu tahun masehi. Prediksi tersebut disampaikan Ibrahim Al Jarwan, anggota federasi tersebut.

Dikutip dari Suara.com, Ibrahim Al Jarwan mengungkapkan kepada Gulf News, jika kalender Islam adalah kalender lunar, dan secara konsisten bergerak sekitar 11 hari lebih pendek dari tahun matahari.

"Tahun 2030 akan menjadi dua kali bulan penuh berkah Ramadhan. Yang pertama terjadi saat Ramadhan dimulai pada 5 Januari 2030 untuk tahun Hijriah 1451, dan selanjutnya bulan Ramadhan akan dimulai pada 26 Desember 2030 untuk tahun Hijriah 1452," katanya.

Selain itu, ia juga menunjukan jika kalender Hijriyah pada tahun tersebut 11 hari lebih sedikit dari kalender Masehi, kedua sistem kalender tersebut pada akhirnya akan berulang.

Baca Juga:Jadwal Imsak dan Salat untuk Wilayah Cikarang, Cibitung, Tambun dan Sekitarnya, Senin 18 April 2022

"Dibutuhkan 33 tahun sampai tahun Hijriah telah melewati satu tahun Gregorian penuh. Itu terulang sebelumnya pada 1997, dan setelah 2030 akan terulang lagi pada 2063 nanti," kata Al Jarwan.

Seperti kalender Masehi, kalender Hijriyah memiliki 12 bulan yakni Muharam, Safar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Syaban, Ramadhan, Syawal, Dzulkaidah dan Dzulhijah.

Kalender Masehi memiliki pakem 365 hari, namun kalender Hijriyah punya 354 hari. Artinya, ada selisih 11 hari dalam setahun.

Kalender Islam sulit untuk diprediksi, karena membutuhkan orang atau komite yang berwenang untuk melihat bulan untuk menentukan awal setiap bulan.

Kondisi atmosfer juga dapat menghalangi penampakan bulan sabit, menyebabkan bulan yang akan datang bisa tertunda satu hari.

Baca Juga:Doa Malam Nuzulul Quran dan Keutamaannya, Bacalah di Malam Ini Tepat 17 Ramadhan

Selain itu, beberapa negara dan komunitas Muslim sekarang menggunakan versi modifikasi dari kalender tradisional yang dirancang untuk membuat waktu bulan dan perayaan Islam lebih mudah untuk diprediksi, menurut situs web timeanddate.com.

Bulan baru juga dapat dimulai pada hari yang berbeda menurut kalender Masehi di berbagai negara.

Lantaran waktu bulan terbenam di suatu negara bergantung pada garis bujurnya, bulan baru dan ritual keagamaan utama seperti puasa Ramadhan dapat dimulai sehari lebih awal, misalnya di negara-negara Muslim Afrika Barat daripada di Indonesia atau Malaysia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini