"Petugas dan penonton saling kejar di lapangan," terangnya dikutip dari Timesindonesia.co.id--jejaring Suara.com--Senin (3/10/2022).
Karena adanya saling kejar antara penonton dan aparat, jumlah Aremania yang turun ke rumput hijau pun semakin bertambah. Puncaknya, aparat kepolisian menembakkan gas air mata ke arah lapangan hijau dan tribun penonton.
"Gas air mata itu juga mengarah ke tribun tempat saya. Mata perih gak karuan. Akhirnya saya berupaya untuk segera meninggalkan stadion," kata dia.
Berdesakan Keluar Stadion
Namun upaya Dhani dan ketiga kawannya untuk meninggalkan stadion tidak mudah. Ia harus berdesakan dengan penonton lain.
Tapi di tengah upayanya itu, ia masih sempat menolong penonton anak-anak agar bisa keluar terlebih dahulu.
Beruntung, Dhani, Nico, Wisnu dan Nurcahyo berhasil menyelamatkan diri dari bahaya kepulan asap gas air mata. Mereka kemudian menuju rumah kos seorang temannya untuk numpang bermalam, sebelum pulang ke Probolinggo pada Minggu siang.
Kini, Dhani sudah berkumpul bersama keluarganya di Kota Probolinggo. Tapi hatinya masih berkabung melihat banyak Aremania yang meninggal dalam Tragedi Stadion Kanjuruhan.
Ia berharap agar insiden Tragedi Kanjuruhan tidak terulang kembali di negeri ini, bahkan di belahan dunia lainnya. Karena menurutnya, sepakbola adalah hiburan rakyat. Hiburan bagi Aremania dan fans sepakbola lain di planet bumi.
Baca Juga:Soal Tragedi Kanjuruhan, Anggota DPR: Kalau Ada Kesalahan Bisa Dipidanakan