Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Jum'at, 11 September 2020 | 15:38 WIB
Kades Purwasaba Hoho Alkaf ditemui di ruang kerjanya di Balai Desa Purwasaba, Kecamatan Mandiraja, Banjarnegara, Jawa Tengah. [Suara.com/Khoirul]
Hoho Alkaf adalah kepala Desa Purwasaba. Kecamatan Mandiraja. Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. (ist/Padangkita)

Mengabdi untuk Warga

Di desa, hidupnya terbilang mapan. Pada akhirnya ia ingin mengabdikan dirinya untuk masyarakat.

Darah pemimpin masih mengalir di tubuhnya. Hoho Alkaf memutuskan maju dalam pertarungan Pilkades.

Meski tubuhnya bertato, Hoho Alkaf pede mampu memimpin dan memajukan desanya.

Baca Juga: Cerita Sudiyanto, Pria Lereng Gunung Slamet Penemu Pompa HySu

Kendati ada saja pihak yang mengungkit masa mudanya yang nakal, namun Hoho Alkaf tak mau memusingkannya.

Dia menyadari, dalam kehidupan, pasti ada yang suka dan membencinya.

Namun secara umum, Hoho Alkaf mengaku masyarakat tidak mempermasalahkan tato di tubuhnya.

"Warga sudah tahu kalau saya bertato," ungkapnya.

Tepis Stigma

Baca Juga: Jalan Hitam Kades Bertato Hoho Alkaf: Suka Mabuk-mabukan dan Tawuran

Hoho Alkaf mampu menepis stigma terhadap orang bertato yang diidentikkan sebagai orang nakal.

Buktinya, ia berhasil memenangkan pertarungan Pilkades dengan perolehan suara telak.

Dia menilai masyarakat kini telah cerdas. Mereka tidak melihat seorang dari penampilan, namun dari kinerjanya yang nyata untuk masyarakat.

Di awal kepemimpinannya, Hoho Alkaf perlahan membuktikan. Ia bahkan mengaku telah menghibahkan mobilnya untuk operasional desa setelah ia dilantik.

Mobil yang dibelinya seharga Rp 100 juta itu dipakai untuk kepentingan warga. Terutama untuk mengantar warganya yang sakit ke fasilitas kesehatan.

Jika ada rezeki kemudian, ia berkeinginan membeli mobil ambulans dengan uang pribadi untuk kepentingan desa.

Load More