Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Selasa, 29 September 2020 | 19:07 WIB
Kondisi rumah Chadijah di Perumahan Bukit Cikasungka, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang, usai diterjang angin puting beliung, Selasa (29/9/2020). [Suara.com/Ridsha Vimanda Nasution]

SuaraJakarta.id - Maraja Batubara berusaha tetap tegar. Namun, pria berusia 27 tahun ini tidak kuasa melihat ibunya yang masih trauma atas bencana angin puting beliung, pada Senin (28/9/2020) sore itu.

Chadijah, ibunda Maraja Batubara, masih tak menyangka sebagian dari rumahnya kini hancur akibat angin puting beliung.

SuaraJakarta.id menyambangi rumah Chadijah, di Perumahan Bukit Cikasungka, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang, Selasa (29/9/2020).

Chadijah hanya lebih banyak diam dan selalu melihat atap dapur rumahnya yang kini beratapkan langit.

Baca Juga: Tangerang Diterjang Puting Beliung, Motor Berjejer Ringsek Tertimpa Pohon

"Ibu kondisinya masih syok banget. Saya berusaha tegar agar bisa menenangkan beliau," ujar Bara sapaan Maraja Batubara di kediamannya.

Bara pun menceritakan banyak tentang peristiwa alam itu yang melanda keluarganya. Peristiwa itu terjadi sekira pukul 15.30 WIB.

Saat kejadian ia berada di kawasan Citra Raya Cikupa, Tangerang. Tiba-tiba ia mendapat pesan WhatsApp (WA) dari sepupunya.

"Saya dapat pesan melalui voice note dari adik sepupu. Kata dia, bang pulang cepat rumah sudah hancur," sebutnya sambil menunjukkan pesan itu.

Mendengar pesan itu, Bara bergegas pulang. Kondisinya gerimis, ia tetap melanjutkan perjalanan. Di pertengahan jalan ternyata hujannya semakin lebat.

Baca Juga: Lima Rumah Warga di Bangka Rusak Diterjang Angin Puting Beliung

Namun, Bara tidak mengendurkan gas motor yang ditungganginya. Ia tetap tancap gas hingga akhirnya sampai rumah.

"Perjalanan sekira setengah jam saya basah-basahan saja sampai rumah. Saat masuk melihat ibu sudah menangis. Dapur atapnya sudah enggak ada," ungkapnya.

Barang-Barang Rusak

Bara tak menampik syok melihat kondisi rumahnya. Tapi dia berusaha tenang dan mencoba membereskan puing-puing dinding dapur yang hancur.

"Saat itu masih gerimis. Saya bingung mau mulainya dari mana, tapi saya coba bereskan. Karena penuh dengan puing-puing dan air hujan," lirihnya.

"Barang perabotan semuanya hancur. Kulkas, lemari, dispenser, kompor, meja rusak semua kena puing," sambungnya.

Kondisi rumah Chadijah di Perumahan Bukit Cikasungka, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang, usai diterjang angin puting beliung, Selasa (29/9/2020). [Suara.com/Ridsha Vimanda Nasution]

Dengan perlahan Bara membereskan puing-puing itu. Beruntung, ia dibantu tetangga dan rekan-rekannya untuk membereskan puing.

Di sela-sela itu, Chadijah mencoba menceritakan kepada anaknya. Ternyata, peristiwa itu hampir saja merenggut nyawanya.

Chadijah sudah memiliki firasat yang tak mengenakan sebelum kejadian. Rencananya ia mau bergegas ambil wudhu untuk menunaikan salat Ashar.

"Ibu cerita mau ambil wudhu ke dapur tapi perasaanya enggak enak. Serasa kayak ada yang menahannya. Dia sampai istighfar karena firasat itu," paparnya.

"Belum lama mengucap istighfar atap dapur seketika terbang dengan suara kencang brak dan dinding hancur," sebutnya yang menirukan ucapan ibunya.

Chadijah melihat hal itu langsung pergi ke luar rumah untuk menyelamatkan diri. Ia pun dibantu dengan sepupu Bara.

"Saya mendengar cerita ibu enggak kuat. Kalau saja jadi ambil wudhu pasti terkena puing dari dinding yang hancur itu," imbuhnya.

Berharap Bantuan

Kekinian, Bara mengaku belum sama sekali mendapat bantuan apapun dari Pemerintah Kabupaten Tangerang atas bencana angin puting beliung itu.

"Belum ada bantuan apapun. Hanya ada dari keluarahan datang mendata kerusakan. Saya berharap dapat bantuan setidaknya rumah direnovasi," katanya.

Bara kini hanya bisa tidur di ruang tamu. Ruangan berukuran 3x3 meter itu bekas parkiran motor. Kecuali Chadijah tidur di sebelah ruang tamu yang di sekat tembok.

Angin Berputar-putar

Peristiwa angin puting beliung tidak hanya terjadi di kediaman Chadijah. Sekira 700 meter dari lokasi itu, rumah milik Nurmaita juga jadi korban keganasan puting beliung.

Nurmaita tinggal di Perumahan Adiyasa, masih lingkup wilayah Kecamatan Solear. Ibu dua anak ini menyaksikan langsung angin puting beliung itu.

"Anginnya warna hitam itu berputar-putar. Saya posisinya lagi depan pintu langsung masuk ke dalam rumah. Ternyata enggak lama bagian atap rumah saya terbang," sebutnya.

Nurmaita mengaku kondisinya masih gerimis. Ia pun berulang kali mengucap takbir saat melihat detik-detik atapnya terbang.

"Mulut saya cuma bisa ngomong Allahhu akbar. Itu saja terus berulang. Enggak bisa ngomong lain-lain sambil nangis," paparnya.

Setelah beberapa lama kemudian, Nurmaita bersama suaminya bergegas keluar. Di luar mereka melihat tanaman singkong yang sudah hancur.

"Pohon juga tumbang. Tanaman singkong yang sudah tumbuh hancur. Akhirnya kami membereskan termasuk atap rumah kami pakaikan terpal agar tidak kehujanan," ungkapnya.

Nurmaita juga mengaku belum mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah setempat.

"Sekarang saja ini atapnya kami pakai seng. Belum ada bantuan," imbuhnya.

Ilustrasi angin puting beliung (Unsplash/Nikolas Noonan)

62 Rumah Rusak

Kepala Desa Cikasungka Muhammad Supriyadi mengatakan, pihaknya sudah melakukan pendataan terkait warga yang terdampak perisitiwa puting beliung itu.

"Sudah didata ada 62 rumah yang mengalami rusak ringan hingga berat di Cikasungka. Ada korban cedera tidak begitu parah, dia ketimpa asbes di Bukit Cikasungka," ungkap Supriyadi kepada Suara.com ditemui di kantornya.

Dia mengakui belum ada bantuan untuk korban yang terdampak. Hal itu karena data-data korban baru selesai dirangkum.

"Belum ada bantuan apapun. Mudah-mudahan dengan data yang sudah selesai ini bisa ada bantuan dari BPBD," paparnya.

"Saya juga menyempatkan diri membantu warga untuk membantu menebang pohon. Ada Dinas Lingkungan Hidup yang juga mengerjakan itu," paparnya.

Kontributor : Ridsha Vimanda Nasution

Load More