Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Rabu, 28 Oktober 2020 | 15:40 WIB
Umat muslim memenuhi pelataran Tugu Monumen Nasional (Monas) untuk memeringati Maulid Nabi Muhammad SAW 1439 Hijriah, di Jakarta Pusat, Jumat (1/12/2017). [Suara.com/Dian Rosmala]

SuaraJakarta.id - Pemerintah telah memutuskan libur panjang dan cuti bersama seiring dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, 28 dan 30 Oktober 2020.

Maulid Nabi telah menjadi salah satu perayaan umat Islam yang telah mengakar dengan budaya Indonesia.

Para ulama sendiri tak sedikit yang silang pendapat terkait hukum rayakan Maulid Nabi.

Ada yang menyebut boleh memeringati Maulid Nabi Muhammad SAW. Tapi tak sedikit yang melarangnya.

Baca Juga: Momentum Mensyiarkan, Ini Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW

Mereka yang melarang memeringati Maulid Nabi lantaran menganggapnya sebagai sebuah bid’ah.

Lantas, bagaimana tanggapan tokoh intelektual Islam sekaligus pendiri Pusat Studi Al Quran, Quraish Shihab?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menemui tokoh cendekiawan Islam Quraish Shihab di Pondok Pesantren Bayt Al Quran, Pamulang, Tangerang Selatan, Jumat (25/1). [Suara.com/Ummi Hadyah Saleh]

Disitat dari Hops.id—jaringan Suara.com—Rabu (28/10/2020), Quraish Shihab membenarkan, hingga kini ada perbedaan pendapat mengenai hukum merayakan Maulid Nabi.

Sedangkan menurut dia, memeringati Maulid Nabi sendiri bukan ibadah murni.,

Namun tetap mendapat pahala lantaran telah mensyiarkan Nabi Muhammad SAW kepada banyak orang.

Baca Juga: Terbaru! Daftar Ucapan Selamat Maulid Nabi Muhammad SAW 2020

Quraish Shihab berpendapat, sebelum mencintai sesuatu, kita harus terlebih dulu mengenal dan memahaminya.

Itulah mengapa, dengan merayakan Maulid Nabi, orang lain menjadi kenal dengan Nabi Muhammad.

Hal itu, kata dia, merupakan satu langkah menuju cinta.

“Jangankan membicarakan tentang kehebatan Nabi, atau tentang ajaran Nabi. Maaf-maaf, hubungan mesra antara suami istri itu dapat pahala. Apalagi ini (Maulid Nabi),” ujarnya.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1439 H/2017 M di kompleks Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Jumat (1/12).

Lebih jauh, Quraish Shihab memastikan, Nabi Muhammad sendiri acap ‘merayakan’ hari kelahirannya. Yakni dengan melakukan ibadah puasa.

Maka, secara tak langsung Quraish berpendapat, merayakan hari kelahiran sebenarnya tak masalah, asalkan melalui cara-cara baik.

"Dalam Shahih Muslim ditanya Nabi ‘kenapa Nabi berpuasa pada hari Senin?’ Beliau menjawab 'Itulah di mana hari aku lahir'," terangnya.

Dinasti Abbasiyah

Pada kesempatan yang sama, Quraish Shihab mengatakan, perayaan Maulid Nabi sebenarnya sudah ada sejak lama.

Namun baru dibuat meriah pada zaman Dinasti Abbasiyah. Khususnya, di masa kekhalifahan Al-Hakim Billah.

"Dia (Al-Hakim Billah) merayakan Maulid Nabi dengan keluar bersama permaisurinya dengan mengenakan pakaian yang indah," kata dia.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1439 H/2017 M di kompleks Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Jumat (1/12).

Di Indonesia sendiri, Maulid Nabi biasanya diperingati dengan berbagai bentuk perayaan.

Menariknya, setiap daerah atau budaya, punya cara tersendiri untuk mengenang kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Load More