Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Rabu, 04 November 2020 | 14:50 WIB
Suasana arus lalu lintas di Jalan Gatot Subroto saat dilanda hujan deras siang ini di Jakarta, Senin (26/10). [Suara.com/Alfian Winanto]

SuaraJakarta.id - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebutkan sistem drainase di Jakarta memiliki ambang batas.

Rata-rata memiliki kapasitas maksimal untuk menampung curah hujan 100 milimeter per hari.

Anies juga menjelaskan tiga sumber tantangan Jakarta selama musim hujan.

Pertama, curah hujan lokal ekstrem yang kini ditambah dengan fenomena La Nina.

Baca Juga: 3 Kata Kunci Pengendalian Banjir Jakarta: Siaga, Tanggap dan Galang

Kedua, hujan yang sangat intensif di kawasan pegunungan (hulu) dan membawa air ke kawasan pesisir (hilir).

Ketiga adalah permukaan air laut yang meningkat di kawasan yang permukaan tanahnya mengalami penurunan, sehingga terjadi banjir rob.

Warga bermain bersama anaknya saat banjir rob di Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, Jakarta, Rabu (21/10/2020). [ANTARA FOTO/Aprillio Akbar]

Selain itu, Anies juga menekankan dua indikator utama dalam keberhasilan menghadapi dampak musim hujan yang ekstrem adalah memastikan seluruh masyarakat selamat dan genangan dapat surut dalam waktu kurang dari enam jam setelah hujan reda.

"Memastikan seluruh warga selamat. tanggung jawab kita memastikan seluruh semua selamat jangan ada korban,” ujar Anies dalam apel kesiapsiagaan menghadapi musim hujan di lapangan JIC II, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (4/11/2020).

"Genangan bisa surut dalam waktu kurang dari 6 jam, tanggung jawab kita menyiapkan seluruh kekuatan untuk bisa mengeringkan dalam waktu kurang dari 6 jam," sambungnya.

Baca Juga: Anies: Dana PEN Pinjaman Pusat Bukan untuk Penanganan Covid-19

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (tengah) bersama tim kesiapsiagaan banjir DKI Jakarta. [Ist]

Lebih jauh, Anies menyatakan sedikitnya ada tiga kata kunci untuk pengendalian banjir Jakarta saat menghadapi musim penghujan di Ibu Kota.

"Tiga kata kunci utama menjadi prinsip bagi seluruh petugas, jajaran dan relawan untuk menghadapi musim hujan yaitu siaga, tanggap dan galang," ujarnya.

Anies menjelaskan siaga diartikan dengan menyiapkan seluruh potensi yang dimiliki untuk menghadapi semua kemungkinan terjadi saat musim penghujan.

Kemudian, tanggap dimaknai selalu memantau dengan dekat perkembangan cuaca khususnya hujan sehingga dapat merespon dengan cepat apa pun kondisinya.

Tanggap akan menjadi bagian dari keseharian seluruh peserta apel di beberapa waktu yang akan datang.

Karena itu, prosedur operasional standar (SOP) yakni sinergi antar seluruh unsur dipersiapkan agar dapat bekerja di lapangan dengan sebaik-baiknya.

Suasana banjir akibat luapan Sungai Ciliwung, di Kebon Pala, Jakarta Timur, Selasa (22/9/2020). (Suara.com/Bagaskara Isdiansyah)

Selanjutnya, galang merupakan manifestasi dari kegotongroyongan bangsa dalam menghadapi bencana dengan menghimpun seluruh kekuatan dan saling memanggul bersama amanat yang diembankan.

"Seluruh kegiatan menjadi tanggung jawab bersama yang dikolaborasikan dengan baik," pungkas Anies.

Load More