Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Rabu, 16 Desember 2020 | 14:31 WIB
Tersangka teroris jaringan Jamaah Islamiyah (JI) Lampung tiba di Bandara Soetta, Tangerang, setelah ditangkap Tim Densus 88 Mabes Polri, Rabu (16/12/2020). [Suara.com/Hairul Alwan]

SuaraJakarta.id - Sebanyak 23 terduga teroris yang ditangkap di Lampung Tengah tiba di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Rabu (16/12/2020) sekira pukul 12.47 WIB.

Dua diantara puluhan teroris Lampung tersebut yakni Zulkarnaen alias Arief Sunarso alias Daud dan Taufik Bulaga alias Upik Lawanga.

Puluhan tersangka teroris dibawa menggunakan armada Batik Air Airbus 320 PK-LAO. Proses penurunan 23 teroris tersebut dikawal ketat oleh personel Densus 88.

Setiap tersangka diturunkan dengan pengawalan dua orang personel. Para tersangka berjalan tanpa mengenakan alas kaki.

Baca Juga: 23 Terduga Teroris di Lampung Dipindahkan ke Jakarta

Kabag Penerangan Umum (Kabagpenum) Divisi Humas Mabes Polri, Kombes Ahmad Ramadhan mengatakan, sebanyak 23 tersangka teroris dari Jamaah Islamiyah (JI) yang dibawa dari Lampung menuju Jakarta dan baru tiba menggunakan pesawat.

"Tim Densus 88 menangkap 23 tersangka teroris Jaringan JI di Lampung. Dari 23 tersangka yang diamankan ada dua tersangka yang merupakan DPO Polri," katanya kepada awak media, Rabu (16/12/2020).

"Pertama Zulkarnaen merupakan DPO selama 18 tahun. Kemudian satu lagi Upik Lawanga," imbuhnya.

Tersangka teroris jaringan Jamaah Islamiyah (JI) Lampung tiba di Bandara Soetta, Tangerang, setelah ditangkap Tim Densus 88 Mabes Polri, Rabu (16/12/2020). [Suara.com/Hairul Alwan]

Ia menjelaskan, Upik Lawanga merupakan anggota JI yang mempunyai keahlian dalam pembuatan senjata dan pembuatan bom dan terlibat teror seperti bom Tentena, bom GOR Poso, bom Pasar Central dan rangkaian tindakan teror lainnya pada 2004 hingga tahun 2006.

"Sedangkan Zulkarnain merupakan DPO Polri dalam kasus teror bom Bali I yang terjadi di tahun 2002. Dia juga memiliki kemampuan merakit bom high explosive, merakit senjata api dan kemampuan militer," ungkapnya.

Baca Juga: Mahfud MD Ungkap Aliran Dana Terorisme Berubah dari Uang Menjadi Senjata

Ia melanjutkan, Zulkarnaen merupakan pimpinan Askari Markaziah Jamaah Islamiyah dan merupakan pelatih akademi militer di Afghanistan selama 7 tahun, arsitek kerusuhan di Ambon, Ternate, Poso pada tahun 1998 sampai 2000.

"Otak dari peledakan Kedubes Filipina di Menteng pada 1999, termasuk ledakan gereja serentak pada malam Natal dan tahun 2000 dan 2001, bom Bali I 2002, bom Marriot pertama tahun 2003, bom Kedubes Australia 2004, bom Bali II tahun 2005. Sedangkan 21 tersangka lainnya memiliki peran dan berpotensi serta berkontribusi dalam perencanaan tindak pidana teror dikemudian hari," urainya.

Ramadhan menyampaikan, 23 tersangka teroris ini rencananya akan dibawa ke tahanan teroris. Namun, ia enggan menyebutkan akan dibawa ke rumah tahanan (rutan) mana.

"Kami sampaikan setelah ini 23 tersangka dibawa ke tahanan teroris," pungkasnya.

Kontributor : Hairul Alwan

Load More