Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Minggu, 10 Januari 2021 | 20:39 WIB
Sumarzen Marzuki menunjukkan foto putra bungsunya Fadly Satrianto yang bekerja sebagai Co Pilot di maskapai penerbangan Nam Air, anak perusahaan Sriwijaya Air. [ANTARA/Didik Suhartono]

SuaraJakarta.id - Co Pilot Fadly Satrianto sempat menghubungi keluarganya sebelum pesawat Sriwijaya Air SJ 182 tujuan Jakarta-Pontianak jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021).

Sumarzen Marzuki, ayah kandung Fadly mengatakan, putra bungsu dari tiga bersaudara itu selalu menelepon ibunya, Ninik Andriyani, setiap kali akan terbang.

"Kemarin saat telepon, ibunya tanya, mau terbang bawa pesawat atau tidak? Dijawab tidak," katanya saat dikonfirmasi di rumahnya, Jalan Tanjung Pinang Surabaya, Jawa Timur, Minggu (10/1/2021).

Sumarzen menjelaskan putranya bekerja di maskapai penerbangan Nam Air, anak perusahaan Sriwijaya Air.

Baca Juga: Pramugari Bersaksi Kesalehan Kapten Afwan, Tak Mau Zina Mata, Gemar Sedekah

"Dia rencananya membawa pesawat Nam Air sebagai co pilot dari Pontianak. Saat berangkat dari Jakarta menuju Pontianak itu dia mengabari ibunya via telepon," ungkapnya.

Sumarzen kemarin malam juga telah ditelepon oleh pihak Maskapai Nam Air atas musibah tragedi Sriwijaya Air SJ 182.

"Pihak Nam Air menyampaikan permohonan maaf atas musibah ini. Di dalam pesawat Sriwijaya Air yang mengalami kecelakaan itu juga memuat kru Nam Air lengkap. Mulai dari pilot hingga pramugari yang rencananya akan terbang bersama anak saya. Tujuannya ke mana saya tidak tahu," katanya menjelaskan.

Saat kecelakaan terjadi, Fadly berusia 28 tahun dan masih lajang.

Sumarzen mengisahkan, Fadly menjalani sekolah penerbangan setelah mendapatkan gelar Sarjana Hukum dari Universitas Airlangga Surabaya.

Baca Juga: Pencarian Korban Sriwijaya Air, Tim SAR Temukan KTP Atas Nama Yaman Zai

Alumnus SMAN 2 Surabaya itu langsung bekerja di Maskapai Penerbangan Nam Air setelah lulus dari serangkaian sekolah penerbangan, yang dijalaninya selama tiga tahun terakhir.

"Menjadi pilot adalah cita-citanya sejak kecil," ucap Sumarzen.

Satu per satu kerabat tampak mendatangi rumah Sumarzen untuk menyampaikan belasungkawa atas musibah yang dialami putra-nya.

Mantan pejabat di PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III ini terlihat tegar sembari menerima tamu-tamu yang terus berdatangan.

Sementara ibunda Co Pilot Fadly Satrianto, Ninik Andriyani terlihat tak kuasa membendung kesedihan dengan terus-menerus menangis. [Antara]

Load More