SuaraJakarta.id - Sampah tak melulu jadi masalah. Bagi para pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel), sampah menjadi pengharapan menghasilkan rupiah.
Ada sekira 100 orang lebih pemulung yang berjibaku memilah sampah di TPA Cipeucang. Dalam sehari, diperkirakan 600-1000 ton sampah menggunung di TPA tersebut.
Diantara tumpukan sampah itu, para pemulung berjibaku mengaduk-aduk dan memilah sampah.
Dengan teliti dan menahan bau busuk sampah, mereka mencari botol plastik hingga besi. Kata Jijik, seolah tak ada lagi dalam kamus kehidupan mereka.
SuaraJakarta.id berkesempatan berbincang langsung dengan mereka. Mereka bercerita suka duka mengais rupiah di tengah tumpukan sampah TPA Cipeucang. Serta sejauh mana mereka terdampak sejak pandemi Covid-19.
Ramita, seorang pemulung berusia 45 tahun, mengaku sudah puluhan tahun mengais rezeki di TPA Cipeucang. Sebelumnya, ia melakukan hal serupa di TPA Budi Darma Jakarta, hingga TPA Bantar Gebang Bekasi.
Ramita mengaku, memilih kerja sebagai pemulung di TPA lantaran susah mencari pekerjaan. Terlebih, dia mengaku, tak memiliki ijazah sekolah formal.
"Mau gimana lagi, cari kerja susah mau ngelamar nggak punya ijazah," katanya mulai bercerita.
Baca Juga: Viral Nasi Sedekah Dibuang Begitu Saja oleh Pemulung, Warganet Murka
Pria asal Indramayu itu mengatakan, dia datang ke TPA Cipeucang sejak 2013 lalu bersama istrinya. Dia sengaja pindah ke TPA Cipeucang Tangsel mencari lahan peruntungan baru, lantaran TPA Bantar Gebang tak lagi menjanjikan bagi dia dan keluarganya.
Dia tak menampik, bau busuk dari tumpukan sampah itu seringkali membuat kepalanya pusing, ditambah sengatan terik matahari.
"Bau mah bau, mau gimana lagi. Orang kerjanya di tempat sampah. Kita tahan aja, kadang kalau terlalu kecapean bau busuknya bikin pusing," ungkap Ramita.
Meski terpaksa berjibaku mengais rupiah di tengah tumpukan sampah TPA Cipeucang, namun bagi Ramita yang terpenting adalah halal. Dibandingkan pekerjaan lain yang tidak halal.
"Kalau dapat uang dari barang yang nggak bener, nggak barokah. Ini mah yang penting halal. Kita masih lebih baik, daripada orang-orang ngemis. Padahal fisiknya masih kuat kerja, dibandingkan hanya sekedar minta-minta," tuturnya.
Setiap harinya, Ramita berangkat memulung sampah sekira pukul 08.00 WIB pagi dan pulang pukul 16.00 WIB.
Berita Terkait
-
Teror Bom Dua Sekolah Internasional di Tangesel Hoaks, Polisi: Tak Ada Libur, Belajar Normal!
-
Kronologi Teror Bom di 2 Sekolah Elit Tangsel: Ancaman Datang Beruntun Lewat WA dan Email
-
Aksi Bersih Pantai Bali: Dari Pungut Sampah hingga Edukasi Daur Ulang
-
HUT ke-80 TNI di Monas Hasilkan 126,65 Ton Sampah!
-
Monas Banjir Sampah Usai Puncak HUT ke-80 TNI: 126 Ton Diangkut!
Terpopuler
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Siapa Artem Dolgopyat? Pemimpin Atlet Israel yang Bakal Geruduk Jakarta
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
-
Dana Transfer Dipangkas, Gubernur Sumbar Minta Pusat Ambil Alih Gaji ASN Daerah Rp373 T!
-
Menkeu Purbaya 'Semprot' Bobby Nasution Cs Usai Protes TKD Dipotong: Perbaiki Dulu Kinerja Belanja!
Terkini
-
DJ Panda Dipanggil Polisi! Erika Carlina Ungkap Ancaman Mengerikan di Grup WA
-
Bupati Kediri Pastikan Pekerjaan Pembangunan Pasar dan Stadion Tetap Berjalan
-
DANA Kaget Rp109 Ribu: Rebutan Saldo Gratis, Ini Trik Klaimnya 3 Link Aktif
-
KPK Dalami Keterlibatan 13 Asosiasi dan 400 Biro Haji dalam Kasus Korupsi Kuota Haji
-
Pimpinan PPP Minta Maaf: Tidak Ada PAW