Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Senin, 26 April 2021 | 09:00 WIB
Khadijah alias Theresa Rosa, gadis yang menjadi mualaf saat ditemui di Pesantren Pembinaan Mualaf Yayasan An-Naba Center Indonesia, Ciputat, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]

SuaraJakarta.id - Setiap mualaf memiliki cerita tersendiri kala hidayah menghampiri mereka. Hidayah itu jua lah yang menjadi penguat para mualaf mantap berhijrah.

Di Pesantren Pembinaan Mualaf Yayasan An-Naba Center Indonesia, Ciputat, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), ada puluhan santri mualaf. Salah satunya Khadijah.

Gadis 17 tahun itu mantap pindah agama setelah mendapat hidayah dari membaca terjemahan Surat Al-Baqarah. Dia merasa mendapat kebenaran yang selama ini dicari.

Khadijah merupakan nama pemberian setelah menjadi mualaf. Ia terlahir dengan Theresa Rosa.

Baca Juga: Menelisik Masjid Jami Kalipasir Tangerang, Ada Peninggalan Sunan Kalijaga

Di usianya yang masih labil, Khadijah memiliki cerita panjang hingga sampai pada titik saat ini menjadi seorang muslimah.

Khadijah bercerita, ia terlahir dari keluarga Kristiani. Suatu ketika, ibunya mendadak ingin masuk Islam karena mendapat hidayah melihat tetangga muslim yang alim, berpakaian rapi dan akhlaknya bagus.

Kemudian, dia dan ketiga adiknya pun diajak agar ikut serta masuk Islam. Hal itu, sempat ditentang oleh ayahnya hingga timbul pertengkaran hebat. Khadijah pun awalnya menolak saat diajak masuk Islam.

"Awalnya kaget, kok tiba-tiba mama mau masuk Islam. Adik-adik mau, tapi saya enggak mau. Ada perdebatan sama papa. Beberapa minggu kemudian papa akhirnya ngizinin mama. Tapi syaratnya papa dan saya nggak ikut masuk Islam," katanya mulai bercerita saat ditemui SuaraJakarta.id, baru-baru ini.

Serempak Baca Syahadat

Baca Juga: Mengenal Tasawuf Underground, Pesantrennya Anak Punk Jalanan di Tangsel

Beberapa hari itu, akhirnya orang tua Khadijah mencari ustaz atau kiai untuk mendapatkan jawaban dari banyaknya pertanyaan soal Islam.

Load More