Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Senin, 14 Juni 2021 | 13:00 WIB
Seorang pekerja kantor menggunakan face shield dan masker saat melintas di Kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Senin (8/6). [Suara.com/Alfian Winanto]

SuaraJakarta.id - Diperkirakan 3,5 juta warga Jakarta belum percaya vaksin COVID-19. Termasuk keampuhan dan kehalalan vaksin COVID-19 itu.

Jumlahnya sepertiga dari total penduduk Jakarta sebanyak 10,56 juta orang di tahun 2020. Mereka masih kawatir terhadap vaksin Covid-19. Kekawatiran tersebut meliputi status kehalalan, kemanjuran, hingga efek samping vaksin.

Demikian hasil survei yang dilakukan Lapor Covid-19 bersama Lab Intervensi Sosial, Krisis-Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), dan Social Resilience Lab, NTU.

Survei yang dilakukan selama dua pekan sejak 30 April sampai 15 Mei 2021 itu diikuti 57.231 responden yang tersebar di seluruh wilayah DKI Jakarta.

Baca Juga: Eks Gubernur Aceh Zaini Abdullah Positif Covid-19, Dirawat di RSUDZA

Namun hanya 47.457 responden yang menyelesaikan survei dan tervalidasi. Sebagian besar responden adalah lulusan SMA (53,8 persen) dan sarjana (13,6 persen), ibu rumah tangga (42,8 persen), pekerja swasta ( 15,48 persen) dan pekerjaan lain sebesar 10,9 persen.

Warga melintas di trotoar jalan Sudirman, Jakarta, Senin (14/9). [Suara.com/Oke Atmaja]

Kolaborator Ilmuwan Covid-19 pada LaporCovid-19, Dicky Pelupessy mengungkapkan bahwa temuan utama dari survei ini adalah kurang lebih sepertiga atau satu dari tiga warga DKI Jakarta takut pada vaksin Covid-19.

"Sepertiga responden atau 10.789 orang kawatir bahwa vaksin Covid-19 tidak halal," kata Dicky dalam konferensi pers virtual dalam channel YouTube Lapor Covid-19, Minggu kemarin.

Selanjutnya sebanyak 34 persen responden atau 16.102 orang yang kawatir terhadap kemanjuran vaksin Covid-19. Sementara, 32 persen responden atau 14.889 warga takut akan efek samping vaksin atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI).

"Menariknya, mereka yang berusia 50-60 tahun (pralansia), dengan pekerjaan TNI-Polri dan tenaga kesehatan merupakan kelompok yang tertinggi memiliki kekhawatiran terkena efek samping vaksin Covid-19," tutur Dicky.

Baca Juga: 275 Orang di Lapas Narkotika Sleman Positif Covid-19

Temuan lain, lanjut Dicky, survei ini menunjukkan bahwa mayoritas warga DKI (70 persen) relatif tidak memiliki hambatan yang berarti dalam mendapatkan informasi seputar pendaftaran dan lokasi vaksinasi serta transportasi.

Warga melintas di trotoar jalan Sudirman, Jakarta, Senin (14/9). [Suara.com/Oke Atmaja]

Namun, sebagian kecil responden (13,4 persen atau 6.366 orang) mengaku masih memiliki kesulitan dalam mengakses informasi tentang vaksinasi.

"Meski jumlah responden lansia hanya 18,7 persen, tetapi sepertiganya atau 32,56 persen kelompok umur lansia menunjukkan ketergantungan pada orang lain untuk mendaftar dan berangkat ke tempat vaksinasi," pungkas dia.

Diketahui, survei Lapor Covid-19 ini dilakukan secara online dengan penarikan sampel menggunakan metode convenience sampling. Penyebaran survei dibantu oleh Biro Tata Pemerintahan DKI Jakarta dan jaringan komunitas warga. Untuk mempelajari hambatan dan faktor yang mendorong warga DKI untuk divaksinasi, Lapor Covid-19 menggunakan pendekatan health belief model yang mengukur kecenderungan umum kekhawatiran, kerentanan, hambatan, dan manfaat vaksinasi.

Load More