SuaraJakarta.id - Pandemi Covid-19 tak hanya banyak meminta korban jiwa, namun juga menguras tenaga, pikiran serta perjuangan ribuan orang nakes maupun tenaga pendukung lainnya. Salah satunya adalah para pengemudi bus sekolah di Unit Pengelola Angkutan Sekolah (UPAS) Dinas Perhubungan DKI Jakarta.
Sejak April 2020 lalu, puluhan pengemudi bus sekolah di DKI itu alih profesi menjadi pengemudi evakuasi pasien Covid-19 di Ibu Kota. Tentu ini menjadi pekerjaan yang amat berbeda dari biasanya yang 'cuma' mengemudikan bus berisi anak-anak sekolah. Kini berganti jadi pasien dari penyakit yang amat menular.
Nyaris tak ada sukanya, isinya duka semua, hal itulah yang dirasakan Sukoco, salah satu pengemudi bus sekolah di DKI Jakarta. Bagaimana pengalamannya? simak ceritanya.
“Kami sih optimis PPKM Darurat ini bisa menekan angka Covid-19, tapi kalau tidak ada kerja sama dari masyarakat ya, percuma kami kerja keras,” ujar Sukoco membuka cerita.
Baca Juga: Dishub DKI Jakarta Kerahkan Seluruh Armada Bus Sekolah untuk Evakuasi Pasien Covid-19
Sukoco adalah satu dari puluhan pengemudi bus sekolah milik Unit Pengelola Angkutan Sekolah (UPAS) Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Kekinian dia bersama sekitar 90 pengemudi lainnya, banting setir turut mengevakuasi pasien Covid-19, sejak April 2020 lalu.
Ini merupakan kali kedua Suara.com mewawancarai Sukoco, setelah beberapa bulan lalu sempat bertatap muka dan bercerita. Pada pertemuan itu, Sukoco bercerita bagaimana rasanya menjadi pengemudi UPAS pertama mengangkut pasien Covid-19 asal Arab Saudi, awal 2020 lalu.
Namun, demi mendukung aturan PPKM Darurat dan untuk saling menjaga satu sama lain, kami memutuskan mewancarai Sukoco lewat sambungan telepon pada Senin (5/6/2021) siang.
Di sela waktu kosongnya, sambil menunggu jadwal untuk mengevakuasi warga yang terpapar Covid-19, kami menggali cerita darinya tentang gambaran situasi Covid-19 di Jakarta.
‘Kewalahan’ langsung terucap dari Sukoco, ketika menjawab pertanyaan proses evakuasi pasien Covid-19 saat ini.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Meroket, Seluruh Armada Bus Sekolah DKI Dikerahkan untuk Evakuasi Warga
“Untuk saat ini, kalau dibilang kewalahan, jujur sih iya kewalahan,” ucap Sukoco.
Bagaimana tidak, di tengah angka Covid-19 yang terus melambung tinggi, mereka harus siap siaga selama 24 jam, menunggu panggilan evakuasi. Jam kerja mereka pun bertambah, masing-masing pengemudi mendapatkan jatah mengangkut pasien sebanyak dua kali dalam sehari.
Setidaknya ada sekitar 40 bus sekolah dikerahkan setip harinya untuk mengangkut sekitar 300 lebih pasien Covid-19. Padahal, sebelumnya hanya ada 16 armada yang digunakan. Jumlah itupun belum tentu semuanya beroperasi dalam sehari.
Minggu lalu, Sukoco bersama awak UPAS lainnya bahkan harus mengevakuasi sekitar 640 lebih pasien yang terkonfirmasi Covid-19 dari sejumlah lokasi dalam satu hari.
Pada Senin (5/7/2021), ada 10.903 kasus baru Covid-19 di Jakarta, sehingga secara akumulasi sejak Maret 2020 hingga saat ini, jumlah warga yang terpapar corona di Ibu Kota sebanyak 593.498 kasus. Sementara itu dalam beberapa hari terakhir ini angka Covid-19 di Ibu Kota selalu di atas 9.000 kasus.
Di tengah lonjakan itu, ratusan pasien yang mengantre menuju tempat isolasi menjadi pemandangan sehari-hari bagi Sukoco. Apalagi sekarang banyak lokasi isolasi telah penuh.
Dia mengaku mulai terbiasa menyaksikan ratusan pasien yang harus duduk mengemper menanti giliran diperiksa. Bahkan ada di antaranya menunggu sambil dipasangi oksigen.
“Situasinya ada yang lesehan karena tidak dapat tempat duduk saking banyaknya kan, (mereka) sambil menunggu antrean dipanggil dokter. Ada juga yang makan, ada yang sambil tiduran, ada yang dibantu pakai oksigen juga,” ungkap Sukoco.
Dari Anak Panti Asuhan hingga Panti Jompo
Sejak terlibat dalam proses penanganan Covid-19 pada April 2020, Sukoco mengaku semakin banyak menemui kelompok-kelompok yang tertular.
Hal itu semakin membuktikan Covid-19 bisa menginfeksi siapa saja, tidak memandang usia, muda atau tua bisa terpapar.
Berbarengan dengan angka kasus Covid-19 yang meningkat, belum lama ini Sukoco baru saja mengevakuasi sekitar 60 anak-anak dari sebuah panti asuhan di kawasan Tebet. Anak-anak yang berusia sekitar 6-12 tahun itu dievakuasi ke dua tempat, Rumah Sakit Darurat Covid-19 Kemayoran dan Rumah Susun Nagrak Cilincing.
Rasa iba pun terbersit di hati Sukoco saat mengevakuasi mereka. Menurutnya, para anak-anak malang itu tak seharusnya turut terpapar.
“Sudah tidak punya orang tua, apa-apa sendiri. Kalau sampai di Wisma Atlet atau di Rusun Nagrak itu makannya bagaimana? Kalau yang ada keluarga ada yang mengirim makanan. Kalau (mereka) dari panti mengandalkan makanan dari Wisma Atlet doang paling,” ujar Sukoco.
Selain para anak yatim, sekitar empat bulan lalu Sukoco turut terlibat mengevakuasi orang-orang berusia senja dari dua panti jumpo di kawasan Ciracas, Jakarta Timur dan Cengkareng Jakarta Barat. Saat itu ada sekitar 30 orang yang harus dibawa menuju Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran untuk menjalani isolasi.
Saat itu, dia bersama rekannya harus bekerja lebih ekstra, sebab yang dievakuasi para orang tua berusia senja yang perlu dituntun menuju bus.
“Kalau biasanya kan kami tinggal buka pintu saja, pasien langsung masuk. Ini mereka harus dituntun karena jalannya suda susah,” imbuh dia.
Bahkan ada para orang tua yang harus digendong, karena kesehariannya menggunakan kursi roda. Kontak secara langsung pun tak terhindarkan, walaupun sebenarnya saat bertugas Sukoco dan para awak bus menggunakan pakaian alat pelindung diri (APD).
“Kami harus gendong mereka, itu lebih ekstrem lagi, bersentuhan langsung. Nggak jarak lagi waktu itu,” kata dia.
Pengemudi Terpapar Covid-19
Sehari-hari berinteraksi dengan puluhan pasien Covid-19, bukan tanpa risiko. Satu per satu para pengemudi pun turut terpapar. Kepala UPAS Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Ali Murtadho mengatakan, di tengah pelonjakan kasus saat ini ada 23 awaknya yang terpapar Covid-19.
Saat ini mereka sedang menjalani isolasi mandiri di sejumlah lokasi. Secara akumulasi telah ada sekitar 73 orang yang terkonfirmasi Covid-19, mereka terdiri dari staf UPAS dan para pengemudi bus.
Beruntung bagi Sukoco, sampai saat ini ia tidak terpapar Covid-19. Dia mengaku selalu berusaha menjalankan protokol kesehatan dengan baik dan menjaga stamina tubuhnya.
Baginya kedua hal itu menjadi kunci utama untuk selalu sehat, sehingga tetap bisa membantu masyarakat melawan Covid-19.
Meski rasa khawatir masih tetap membayanginya hingga saat ini. Namun Sukoco melawannya dengan memberikan sugesti kepada dirinya sendiri, dibarengi dengan berdoa kepada Tuhan.
“Saya berikan sugesti untuk diri, meskipun Covid-19 benar ada, tapi saya bilang nggak ada untuk melawan takut. Tapi di samping itu saya tetap taati protokol kesehatan,” ujarnya.
Berharap Warga Patuh PPKM Darurat
Turut terlibat dalam penanggulangan Covid-19, tak pernah terlintas di pikiran Sukoco. Sebelumnya dia terbiasa antar-jemput para pelajar di kawasan Ibu Kota. Namun kekinian penumpang yang diangkutnya bukan lagi anak sekolah, melainkan para pasien Covid-19.
Kerinduannya untuk beraktivitas seperti semula sebenarnya sudah tidak terbendung lagi, tapi apa daya Covid-19 di Jakarta menemui babak baru dengan adanya lonjakan yang cukup signifikan.
Karenanya dengan adanya kebijakan PPKM dia berharap masyarakat mau menaatinya. Kata Sukoco jangan sampai terpapar terlebih dahulu baru masyarakat sadar akan bahaya dari wabah ini.
Terlebih saat ini beberapa tempat isolasi semakin penuh setiap harinya, bahkan di beberapa lokasi sudah tidak menerima pasien lagi.
“Harapannya kita semua taati dululah aturan pemerintah agar virus ini cepat hilang dari Indonesia, khususnya di Jakarta,” ujar Sukoco.
Apalagi saat ini Sukoco bersama tim pengemudi UPAS telah bekerja keras sebisa mereka untuk membantu masyarakat. Jangan sampai kerja keras mereka dan para tenaga kesehatan yang merupakan garda terdepan menjadi sia-sia, karena abai menaati protokol kesehatan.
Sukoco pun optimis dengan kerja sama masyarakat dalam menaati peraturan PPKM Darurat bisa menekan angka Covid-19.
“Kami optimis turun (angka kasus Covid-19), soalnya kami bekerja keras ini. Kalau kami bilang ya, dari pagi ketemu malam, ketemu pagi lagi. Optimis bakal berkurang tapi balik lagi ke masyarakat soalnya,” ujar Sukoco menutup perbincangannya dengan Suara.com.
Berita Terkait
-
Sebut WHO Rancang Pandemi Baru, Epidemiolog UI Tepis Ucapan Dharma Pongrekun: Itu Omong Kosong
-
Negara Kaya Wajib Bantu Negara Berkembang? Ini Tuntutan AHF di WHO Pandemic Agreement
-
Kartu Prakerja Catat Prestasi Signifikan Hingga Dapat Puja-puji Dunia
-
Dharma Pongrekun Sebut Penyebab Tanah Abang Sepi Akibat Pandemi Covid-19
-
Kawal Masyarakat Indonesia Selama Pandemi Covid-19, 10 Tahun Jokowi Catat Kemajuan Pesat Bidang Telemedicine
Terpopuler
- Mees Hilgers Didesak Tinggalkan Timnas Indonesia, Pundit Belanda: Ini Soal...
- Elkan Baggott: Pesan Saya Bersabarlah Kalau Timnas Indonesia Mau....
- Miliano Jonathans Akui Tak Prioritaskan Timnas Indonesia: Saya Sudah Bilang...
- Denny Sumargo Akui Kasihani Paula Verhoeven: Saya Bersedia Mengundang..
- Elkan Baggott Kembali Tak Bisa Penuhi Panggilan Shin Tae-yong ke TC Timnas Indonesia
Pilihan
-
PublicSensum: Isran-Hadi Unggul Telak atas Rudy-Seno dengan Elektabilitas 58,6 Persen
-
Munawwar Sebut Anggaran Rp 162 Miliar untuk Bimtek Pemborosan: Banyak Prioritas Terabaikan
-
Drama Praperadilan Tom Lembong: Kuasa Hukum Bongkar Dugaan Rekayasa Kesaksian Ahli
-
Dua Juara Liga Champions Plus 5 Klub Eropa Berlomba Rekrut Mees Hilgers
-
5 Rekomendasi HP Infinix Sejutaan dengan Baterai 5.000 mAh dan Memori 128 GB Terbaik November 2024
Terkini
-
Apakah Samsung S23 FE Memiliki Zoom 100x? Ini Dia Penjelasan Lengkap dengan Keunggulan Kamera yang Dimilikinya
-
HUT KORPRI, ASN Diharapkan Lebih Adaptif dengan Perkembangan Teknologi
-
Mas Dhito Dukung Penyandang Tuna Netra Wujudkan Mimpi ke Perguruan Tinggi
-
Eks Pendukung Deny-Mudawamah Putar Haluan ke Dhito-Dewi
-
Perkuat Perda-Perkada, Pemkab Kediri Tingkatkan Kompetensi ASN lewat Diklat Legal Drafting