Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Rabu, 11 Agustus 2021 | 18:03 WIB
Salah satu pegawai percetakan menunjukkan kartu vaksin yang telah dicetak ditemui di Muncul, Setu, Kota Tangsel, Rabu (11/8/2021). [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]

Untuk omzet dari hasil pencetakan kartu vaksin, Irfan mengaku bisa mendapat Rp 5-6 juta.

Permintaan cetak kartu vaksin, lanjut dia, mulai ramai sepekan terakhir.

Hal itu, kata Irfan, dianggap sebagai angin segar untuk tetap bertahan di bisnis percetakan akibat dihantam pandemi Covid-19.

Pasalnya, sejak pandemi penghasilannya anjlok. Sebelum pandemi, Irfan mengaku bisa meraih pendaptan Rp 800 ribu-1 juta.

Baca Juga: Terkuak, Ini Penyebab NIK Warga DKI Dipakai Orang Lain Vaksinasi di Tangsel

"Buat percetakan, cetak kartu vaksin ini ada napas, setelah beberapa bulan kemarin alami pasang surut. Biasanya dapat Rp 800ribu -1 juta, saat awal pandemi sehari cuma Rp 50-200 ribu. PPKM pertama efeknya parah banget," ungkapnya.

Meski jadi angin segar bagi bisnisnya, Irfan menyadari soal risiko cetak kartu vaksin. Sebab, di dalam kartu tersebut terdapat barcode dan nomor induk kependudukan (NIK) warga yang telah divaksinasi.

Untuk menjaga keamanan dan kepercayaan kliennya, dia selalu menghapus data sertifikat vaksin yang sudah dicetak dalam bentuk kartu seukuran KTP itu.

"Setelah cetak kita hapus. Kita nggak simpan soalnya ada NIK-nya. Kita nggak mau ambil risiko, jadi datanya langsung dihapus," pungkasnya.

Kontributor : Wivy Hikmatullah

Baca Juga: Selain Kartu Vaksin, Dishub DKI Wajibkan Penumpang Bus AKAP Bawa Surat Bebas COVID-19

Load More