Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Selasa, 17 Agustus 2021 | 17:31 WIB
Kusmiyani, ibu tiga anak yang menjadi badut jalanan demi menafkahi keluarga ditemui di Taman Witana Harja, Pamulang, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Selasa (17/8/2021). [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]

Yani memiliki tiga anak. Usianya 16 tahun, 13 dan 5 tahun. Anak pertama dan kedua sudah tak sekolah, hanya tamat hingga jenjang Sekolah Dasar (SD). Sementara sang bungsu ikut dirinya keliling menjadi badut jalanan.

Yani dan keluarga tinggal di sebuah kontrakan di Kampung Kedong RT 1 RW 2 Jombang, Ciputat, Tangsel. Sehari-hari dia berkeliling dari pagi hingga sore. Seluruh kecamatan di Tangsel sudah dia susuri. Paling jauh, Yani pernah mengamen menjadi badut jalanan sampai ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Kusmiyani bersama putra bungsunya saat mengamen sebagai badut jalanan di sebuah minimarket di Pamulang, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Selasa (17/8/2021). [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]

Hal yang membuat kisahnya semakin pilu, Yani ternyata merahasiakan aktivitasnya itu dari para tetangga. Bahkan dari sang suami. Itu dilakukan, agar tak membuat suaminya semakin sakit lantaran tahu istrinya mencari nafkah sebagai pengamen badut jalanan.

"Pada tahunya anak saya ngarak ondel-ondel, itu doang. Kita nutupin suami saya aja, ya takutnya malu istrinya begini sedangkan dia lagi sakit nanti terbebani. Jadi kalau ditanya mau ke mana, saya selalu bilang mau nyari rezeki," ungkap Yani haru.

Baca Juga: Viral Bocah Badut Pengamen Palak Bapak-bapak Tunadaksa Demi Uang Rp 2 Ribu

"Suami nggak tahu aktivitas saya di luar rumah. Karena saya menghormati suami. Walaupun kondisinya sakit dan nggak bisa nafkahi, dia tetap suami yang baik," sambungnya.

SuaraJakarta.id telah mendapat izin dari Kusmiyani untuk menulis cerita ini dengan menyebutkan nama lengkap dalam artikel yang dibuat.

Di tengah pandemi, Yani mengaku sebetulnya khawatir terpapar COVID-19. Terlebih ia turut mengajak anak bungsunya yang masih kecil.

"Ya ngeri nggak ngeri. Habis kalau diam di rumah siapa yang kasih makan. Pemerintah hanya ngasih beras dan uang bulanan Rp 300 ribu, itu pun kadang nggak keluar. Nggak cukup buat beli obat dan kebutuhan lainnya," pungkas Kusmiyani.

Kontributor : Wivy Hikmatullah

Baca Juga: Dikira Mau Demo, Mahasiswa UIN Walisongo Berubah Jadi Badut Demi Hibur Pasien Covid-19

Load More