Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Sabtu, 02 Oktober 2021 | 11:05 WIB
Kondisi terkini Curug Pelayangan di Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), saat ini hanya menjadi aliran kali biasa. [SuaraJakarta.id-Suara.com/Wivy Hikmatullah]

Mitos Curug Pelayangan

Apang menuturkan, ada cerita kelam dibalik keindahan Curug Pelayangan. Pada zaman kolonial Belanda dulu, air terjun tersebut menelan banyak korban jiwa.

Tragedi itu pun ternyata disengaja. Saat itu, kata Apang, ada sebuah pesta rakyat diadakan di sekitar curug yang diadakan oleh penjajah Belanda.

Peristiwa kelam itu terjadi sekira 1932. Bahkan, kisah itu jadi salah satu versi dijadikan alasan penamaan Curug Pelayangan karena banyak masyarakat yang tersapu derasnya air yang terbendung.

Baca Juga: Kasus Bayi Dijadikan Manusia Silver di Tangsel, Kapolres: Reskrim Lagi Selidiki

"Saat itu memang sengaja diadakan pesta rakyat. Ternyata, aliran air curugnya sudah dibendung di atas. Ketika acara dimulai ada tari jaipong dan lainnya, bendungannya dibuka, derasnya air menyapu orang yang ada di bawahnya," beber Apang.

Tragedi kelam itu kemudian memunculkan berbagai mitos di masyarakat. Mereka ada yang percaya bahwa warga yang jadi korban air curug itu dijadikan tumbal untuk pembangunan perusahaan pengolahan karet dan pembukaan jalur rel kereta.

"Orang yang meninggal itu karena Belanda dulu melakukan ritual. Kalau ibarat untuk memperkuat bangunan ada tumbal, karena tahun itu berbarengan pendirian pengolahan karet, hampir berbarengan juga dengan penggarapan rel kereta Rawa Buntu-Galumpit," paparnya.

Selain itu, Curug Pelayangan tersebut juga dikenal dengan nama kali mati. Kata itu diambil dari bentuk aliran air yang seolah terpotong dan terjun ke bawah.

Tetapi apapun cerita dibalik itu, Curug Pelayangan sempat jadi primadona wisata alam di Serpong, Kota Tangerang Selatan. Bahkan, keindahan alamnya memikat para wisatawan lokal dari luar Tangsel.

Baca Juga: Dinkes Kota Tangerang: 25 Pelajar, 1 Guru dan 1 Pegawai TU Positif COVID-19

"Jadi obyek wisata lokal, tapi banyak dari Jakarta ke sini, karena memang tempatnya masih sejuk, rindang dan lokasinya bisa dijangkau dekat Stasiun Serpong. Bahkan gambar curug ini banyak dijadikan sebagai gambar cover kalender," kata Apang mengenang.

Load More