Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Jum'at, 15 Oktober 2021 | 11:00 WIB
Terowongan peninggalan Belanda ditemukan di Bogor [Ayobandung.com]

SuaraJakarta.id - Tim kajian saluran yang terdiri dari peneliti Universitas Pakuan, Balai Arkeologi Bandung, Bogor Historia, dan Bappeda Kota Bogor menemukan fakta baru terakait terowongan kuno peninggalan Belanda di Bogor.

Kepala Balai Arkeologi Jawa Barat, Deni Sutrisna mengatakan, saluran air yang membentuk setengah lingkaran dari susunan batu bata merah itu diperkirakan dibangun sebelum Stasiun Bogor.

Itu lantaran kontruksi dan bahan bangunan yang digunakan memiliki umur yang lebih tua jika dibanding dengan Stasiun Bogor yang dibuat di tahun 1881.

Menurutnya, terowongan kuno era Belanda di Bogor yang berfungsi sebagai saluran air itu, terbentang di bawah Jalan Nyi Raja Permas sampai Jalan MA Salmun.

Baca Juga: Tempat Wisata Sudah Banyak, Bupati Bogor Usul eks Rindu Alam Dijadikan RTH

Dahulunya, saluran air itu diduga berfungsi sebagai pembuangan air di seputar kawasan Stasiun Bogor dan Taman Wilhelmina atau Taman Topi.

"Terowongan kuno era Belanda ini berfungsi sebagai saluran air. Selain itu, saluran air ini berfungsi sebagai filter air, agar air yang mengalir ke sungai sudah bersih dan tidak kotor. Karena kami menemukan seperti kolam retensi untuk menyaring dan membersihkan air," katanya, Kamis (14/10/2021).

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, saluran air setinggi 2,8 meter itu membentang dari arah Timur, Barat dan Selatan, kemudian menyatu di satu titik.

Selanjutnya, saluran air itu mengarah ke sebuah bangunan berbentuk kotak dengan kedalaman diperkirakan mencapai 2,5 meter dan lebar 6 meter. Bangunan itu disinyalir adalah kolam retensi.

"Informasi dari petugas, ada titik temu dari saluran-saluran air. Saluran-saluran ini bertemu di satu titik dan mengarah ke kolam retensi," paparnya.

Baca Juga: Ada Fakta Baru Soal Terowongan Kuno Era Belanda di Bogor

Menurutnya, kolam retensi kala itu diduga berfungsi untuk memfilter air limbah rumah tangga dan aktivitas lainnya sebelum dibuang ke Sungai Cipakancilan.

"Betapa hebatnya dulu orang Belanda, mereka sudah berpikir bahwa kotoran limbah itu sebelum masuk ke sungai harus dalam keadaan bersih airnya agar tidak mencemari sungai," pujinya.

Deni menjelaskan, di era kolonial sebelum mendirikan fasilitas publik seperti stasiun maupun taman, orang Belanda selalu memerhatikan dampak lingkungan di masa mendatang.

Karena itu, mereka lebih dulu membangun saluran air dan kolam filter yang berfungsi untuk mencegah banjir juga terjadinya pencemaran air.

"Orang belanda sudah memikirkan ke depan. Ini terbukti di beberapa stasiun kereta api yang kami temukan seperti di Sumatera juga demikian, oleh Belanda dibangun saluran air mumpuni untuk mencegah banjir dan lainnya," kata dia.

Namun sayangnya, di dalam saluran air ini sebagian besar sudah tertutup sedimentasi. Begitu pula kolam retensi yang berada dekat dengan depo Stasiun Bogor sudah tertutup pondasi bangunan ruko.

Dirinya berharap kepada jajaran pemerintah, saat melakukan pembangunan dan pengembangan wilayah agar lebih dahulu melakukan kajian secara matang.

Agar peninggalan-peninggalan bersejarah tidak hilang akibat pembangunan dan pengembangan wilayah.

"Saya harap kedepan pemerintah lebih memperhatikan betul sejarah yang ada di suatu wilayah. Jangan sampai mengorbankan sejarah dalam pengembangannya wilayah," tutupnya.

Load More