Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Selasa, 22 Februari 2022 | 16:31 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (tengah) dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kiri) di bangku cadangan pemain di JIS, Jakarta Utara, Rabu (16/2/2022). [Dok. Direktur Pengelolaan Aset Jakpro Gunung Kartiko]

"Jadi kalau dihitung, agak rumit juga membayangkan duet keduanya di Pilpres 2024," ungkapnya.

Plus Minus Anies-RK

Adi menyebut, baik Anies maupun RK memiliki plus minus yang tak jauh berbeda. Jabatan sebagai gubernur membuat keduanya memiliki ceruk pemilih masing-masing di wilayahnya.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. [Tangkapan layar YouTube]

Anies, lanjut Adi, memiliki kelebihan sebagai satu-satunya orang non pemerintah yang sedikit berbeda dengan nama-nama lain yang potensial maju. Kelebihan itu, harusnya dapat dikapitalisasi untuk meningkatkan elektabilitasnya.

Baca Juga: Akui Sedang Godok Tiga Nama Figur untuk Pilpres 2024, Surya Paloh: Tahun Ini Kita akan Jelaskan Siapa Capres Nasdem

"Minusnya Anies gagal juga mengkapitalisasi masyarakat yang anti pemerintah dan kecewa. Nyatanya kan elektabilitasnya cuma 11 persen. Begitu juga dengan Ridwan Kamil tak jauh berbeda," paparnya.

"Kekurangan lainnya bagi duet Anies-RK ya tadi, tak punya dukungan partai. Sementara itu partai enggak bisa hanya modal basa-basi dan ideal. Partai itu realistis, elektoral, goodwill effect. Kemudian logistik partai dan kekuatan politik enggak mungkin lillahi ta'ala saja bagi seseorang yang di luar partai mereka. Jangankan yang di luar, yang di dalam partainya aja ditanya apa bisa," pungkas Adi.

Kontributor : Wivy Hikmatullah

Load More