SuaraJakarta.id - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengupayakan untuk menekan potensi kenaikan harga daging karena adanya wabah PMK atau Penyakit Mulut dan Kuku.
"Kami sudah minta kepada BUMD Dharma Jaya untuk segera melakukan langkah antisipasi," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria di Balai Kota Jakarta, Selasa (17/5/2022).
Menurut dia, PMK yang semakin meluas dan marak berpotensi mempengaruhi kenaikan harga jual daging khususnya sapi.
Belum lagi, lanjut dia, pada 9 Juli 2022 umat Islam akan merayakan Idul Adha yang ditandai permintaan yang tinggi terhadap daging sapi sehingga mendorong kenaikan harga.
"Di lebaran kurban ini ada peningkatan kebutuhan umumnya diikuti dengan peningkatan harga sapi, sekarang ditambah lagi, ada penyakit mulut dan kuku," imbuh Riza.
Sementara itu, Direktur Utama Perumda Dharma Jaya Raditya Endra Budiman menuturkan sebagian besar pasokan daging di Jakarta diimpor dari Australia dan Brazil dalam bentuk daging beku.
Sedangkan harga sapi hidup di Australia, ia mengakui, saat ini sedang naik yang disebabkan pandemi Covid-19 sehingga negara itu lebih mementingkan kebutuhan dalam negeri.
Untuk harga daging sapi jenis has di DKI Jakarta per Selasa ini hingga pukul 14.00 WIB mencapai Rp151 ribu per kilogram berdasarkan Info Pangan Jakarta.
"Saat ini sapi di Australia memang harganya naik terus, belum turun, jadi harganya akan stabil di situ," ucapnya.
Baca Juga: Kunjungan ke Tiga Negara Eropa Rampung, Anies Baswedan akan Kembali ke Jakarta Besok
Ia mengharapkan daging sapi Australia itu digantikan dengan daging sapi lokal namun saat ini sedang ada wabah PMK. Sehingga ia mengharapkan tidak memberi dampak kenaikan harga.
Meski begitu, Ia memastikan daging maupun sapi hidup yang dipasok di Ibu Kota dalam kondisi aman dari PMK karena didatangkan dari daerah yang masih bebas PMK.
"Kami memastikan bahwa sumber sapi yang kami ambil selama ini aman dari tempat yang aman," ujar Endra.
Untuk kebutuhan sapi hidup didatangkan dari Jawa Barat, Lampung dan Nusa Tenggara Barat, dan dari Blora di Jawa Tengah. Ia tetap memberlakukan prosedur ketat dengan memeriksa sapi ketika baru tiba di Jakarta.
Sapi yang terindikasi memiliki penyakit mulut dan kuku, maka langsung akan dikarantina untuk mencegah penularan.
"Kalau dari daerah terindikasi sapi itu tidak boleh turun dari truk, kami masukkan karantina, kami tes di atas truk. Kalau memang ada indikasi, kami suruh keluar, kami akan pulangkan, jadi masuk karantina sendiri," ucapnya. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Media Lokal: AS Trencin Dapat Berlian, Marselino Ferdinan Bikin Eksposur Liga Slovakia Meledak
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
Terkini
-
Dulu Tak Layak, Puluhan Rumah di Tangerang yang Dibedah Bikin Warga Semringah
-
Cara Mudah Klaim DANA Kaget Rp249 Ribu Langsung Cair, Jangan Sampai Ketinggalan
-
Mas Dhito Kembali Masukkan Fragmen Kepala Ganesha yang Hilang ke Museum
-
Transjakarta Uji Coba Fungsional Halte Bundaran Senayan Pascademo
-
Warga Gotong Royong Bersihkan Kantor Pemkab, Mas Dhito: Kita Bersama Jaga Rumah Rakyat