Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Rabu, 27 Juli 2022 | 20:16 WIB
Ilustrasi kekerasan - Siswa SMA Al-Azhar BSD Diduga Jadi Korban Kekerasan Kakak Kelas, Sekolah Bantah. (Pixabay)

SuaraJakarta.id - Salah seorang siswa SMA Al-Azhar Bumi Serpong Damai (BSD), Tangsel, dilaporkan menjadi korban kekerasan yang diduga dilakukan oleh kakak kelasnya. Pelaporan itu dibenarkan oleh Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Tangerang Selatan Iptu Siswanto.

Siswanto mengatakan, laporan tersebut sudah masuk sepekan lalu. Isi laporannya, kata Siswanto, soal tindak kekerasan.

"LP-nya sudah ada. Tapi pemeriksaanya belum bisa dilaksanakan karena pelapor masih sakit. Fakta pemeriksaanya belum kita laksanakan, kita belum bisa panjang lebar," katanya saat dikonfirmasi, Rabu (27/7/2022).

Siswanto belum mau menerangkan secara rinci soal kronologi kekerasan tersebut lantaran dirinya belum dapat meminta keterangan secara langsung terhadap pelapor.

Baca Juga: Gegara Marak Kekerasan Seksual di Ponpes, Kemenag Diminta Evaluasi Sistem Belajar dan Terkait Hubungan Ustaz dan Santri

"Laporannya itu kekerasan, tapi bentuk kekerasannya seperti apa kita belum tahu," terangnya.

Siswanto mengaku, pihaknya pun belum mendatangi sekolah lantaran belum mendapat cerita utuh dari korban.

Meski begitu, dia mendapati laporan dari pihak sekolah bahwa pihak sekolah sudah mengumpulkan sejumlah siswa yang diduga terlibat.

"(Polisi) Belum ke sekolahan, cuma informasinya saja pihak sekolah sudah mengumpulkan anak-anak didiknya terkait laporan itu," ungkap Siswanto.

Sementara itu, Kepala SMA Al-Azhar BSD Moch Mukrim membantah adanya dugaan kekerasan tersebut. Ada tiga tuduhan yang dibantah oleh Mukrim. Tuduhan itu bersumber dari orangtua pelapor kekerasan.

Baca Juga: Pilu, Buka Kain Kafan Anaknya yang Tewas Dikeroyok di Tangsel, Ayah Korban: Bangun Fan, Pulang!

Tuduhan pertama, yakni soal pelapor yang diduga ditendang oleh kakak kelasnya saat duduk menunggu driver pada hari pertama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).

Tuduhan kedua, yakni soal adanya penyiraman kopi panas yang dialami oleh pelapor. Ketiga, soal pemanggilan pelapor untuk berkumpul di Taman Kota 1 depan sekolah dan mendapat perlakuan kekerasan.

"Saya membantahnya dengan bukti-bukti dong. Fakta-fakta di lapangan tidak sesuai yang dilaporkan," tegasnya.

"Dan saya sudah melakukan pemanggilan, tetapi beliau (orangtua pelapor) nggak hadir, kalau sudah dipanggilkan harusnya beliau hadir kan, ini tidak hadir," sambungnya.

Mukrim menjelaskan, pihaknya membantah tuduhan kekerasan tersebut. Soal tuduhan pertama, kata Mukrim, saat itu siswa kelas XI sudah jam pulang sekolah dan dipastikan tidak ada yang beraktivitas di sekolah lantaran pulangnya lebih awal pukul 10.00 WIB.

Sedangkan siswa kelas XII tak ada yang datang ke sekolah karena mengikuti pembukaan MPLS secara daring dari rumahnya masing-masing.

Soal tuduhan penyiraman kopi panas, Mukrim mengaku, memiliki saksi kunci yang merupakan teman pelapor yang saat itu bersama-sama di Taman Kota 1.

Saat itu pelapor menemani saksi kunci untuk mengambil motor yang terparkir di Taman Kota 1. Keduanya, kata Mukrim, memang sempat nongkrong sebentar minum es dari pedagang keliling.

"Di sana ada starling, minum di situ dan nongkrong. Temannya pulang karena dia bawa motor dan tidak ada kejadian apa-apa. Setelah kita dalami melalui kepala sekuriti, hasil pengakuan dari tukang parkir ternyata tidak ada kejadian penyiraman kopi panas itu," papar Mukrim.

Soal tuduhan ketiga, dirinya sudah memanggil sejumlah siswa yang disebut ikut serta nongkrong malam-malam di Taman Kota 1. Hasil pengakuannya, tidak ada aksi kekerasan apapun.

"Di sana mereka hanya nongkrong untuk saling mengenal kakak kelas dengan adik kelasnya," ungkap Mukrim.

Soal tuduhan ketiga itu, Mukrim juga terkejut lantaran ternyata ada satu siswa yang dibawa oleh orangtua pelapor ke kediamannya untuk mengakui perbuatan kekerasan kepada pelapor. Saat itu hanya satu siswa yang dibawa.

"Jadi karena mungkin pelapor pulang dengan kondisi yang membuat khawatir orangtuanya. Akhirnya orang tuanya datang ke sekolah mencari orang yang diduga melakukan kekerasan. Nah siswa yang dibawa ini jadi perwakilan yang lainnya. Saat itu posisinya sudah jam 2 dan siswa itu berada di rumah pelapor sampai sekitar jam 4 tanpa sepengetahuan orangtua siswa tersebut," bebernya.

Kontributor : Wivy Hikmatullah

Load More