Scroll untuk membaca artikel
Bangun Santoso | Muhammad Yasir
Rabu, 08 November 2023 | 12:40 WIB
Ilustrasi tawuran (Antara)

SuaraJakarta.id - SR, remaja korban tawuran antar warga di Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan meninggal dunia setelah dirawat beberapa hari di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Remaja berusia 23 tahun tersebut meninggal akibat luka parah pada bagian kepala yang disebabkan lemparan batu buntut aksi tawuran.

Kapolsek Tebet Kompol Jamalinus Nababan menyebut SR meninggal pada Selasa (7/11/2023).

"Sudah meninggal, kemarin dimakamkan," kata Jamalinus kepada wartawan, Rabu (8/11/2023).

Baca Juga: Bawa Celurit dan Stik Golf usai Tawuran, 6 Remaja Diudak-udak Polisi hingga ke Pasar Minggu

Menurut Jamalinus, SR terkena lemparan batu karena ikut terlibat dalam aksi tawuran. Berdasar data yang diterima yang bersangkutan tercantum sebagai warga RW 04.

"Dia ikut tawuran juga. Jadi yang bersangkutan itu pelaku sekaligus korban," katanya.

Jamalinus menyebut, pihaknya hingga kini masih memburu pelaku. Proses pencarian pelaku terkendala karena tidak ditemukan adanya CCTV di sekitar lokasi.

"Pelakunya masih kita cari, kita kesulitan CCTV," katanya.

Aksi tawuran antar warga sebelumnya terjadi dua kali dalam sepekan di Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan. Satu orang saat itu dilaporkan terluka akibat terkena lemparan batu.

Baca Juga: Tawuran Remaja di Kampung Melayu Pecah Lagi, Polisi Klaim Patroli sampai Subuh

Jamalinus sempat mengklaim telah berkoordinasi dengan ketua RT hingga RW setempat untuk mengantisipasi terjadi peristiwa serupa. Selain juga menyiagakan aparat kepolisian di titik-titik kawasan yang kerap dijadikan arena tawuran.

"Anggota berjaga-jaga di sana sampai situasi benar-benar melandai. Itu saja sih, nggak ada yang lain, karena mudah-mudahan orangnya pada sadar,” kata Jamalinus kepada wartawan, Senin (23/10/2023).

Menurut penuturan Jamalinus, aksi tawuran kerap terjadi ketika anggota sedang tidak ada di lokasi. Ia mengakui kalau anggotanya memang tidak mungkin bersiaga 24 jam di lokasi.

"Kita nggak mungkin nungguin terus. Karena setelah kejadian pertama saya sudah datangi sama orangtuanya, minta supaya dijaga, eh terjadi lagi,” tuturnya.

Load More