SuaraJakarta.id - Yadual Nilfa Adriyanta (49 th), seorang tokoh masyarakat Jakarta, memiliki kepedulian yang tinggi untuk turut membantu memperjuangkan kehidupan yang lebih baik bagi para masyarakat di kota metropolitan Jakarta ini.
Adriyanta punya harapan besar, kehidupan masyarakat Jakarta ke depannya akan bisa lebih baik, hidup dengan aman, tenteram, damai dan secara ekonomi berkecukupan (sejahtera). Selain itu, ia ingin menjadikan warga masyarakat Jakarta memiliki daya saing, mandiri dan inovatif.
Untuk merealisasikan itu, Adriyanta mempunyai program bernama Mata Nusantara, yang merupakan singkatan dari Majelis Taklim Nusantara yang merupakan wadah berkumpulnya para praktisi dan penggiat Majelis Taklim Nusantara.
Program ini, jelas Adriyanta, mempunyai tujuan untuk memperbaiki administrasi dan Standar Operasional Prosedur serta proses penanaman Values (Nilai-nilai) keorganisasian, serta penyamaan arah juang yang terarah dan terukur dari majelis taklim-majelis taklim yang ada di seluruh wilayah DKI Jakarta.
Selanjutnya untuk menguji kelengkapaan dan kerapihan administrasi Majelis Taklim, maka Majelis-mejelis Taklim tersebut akan di dorong untuk mengakses dana stimulan bantuan hibah Pemprov DKI Jakarta yang dapat di pergunakan untuk membeli sarana operasional Majelis Taklim, seperti Sound system, Lekar, Laptop, Printer, Infocus dll.
Bila ini berhasil, maka secara administrasi Majelis Taklim tersebut telah terbukti lengkap dan valid, tinggal merapihkan SOP organisasi dan penanaman Values dan penyamaan arah juang nya saja, hingga Majelis Taklim ini layak di sebut sebagai organisasi Majelis Taklim yang Modern.
Tak hanya memberikan jiwa entrepreneurship, program Mata Nusantara ini juga akan memberikan pendidikan Parenting, bimbingan dan konseling bagi para jemaah majelis taklim dan keluarganya. konsultasi rumah tangga, konsultasi permasalahan remaja, dan lain-lain, agar Majelis Taklim dapat menjadi center of healing terdepan dan terdekat bagi masyarakat yang membutuhkan.
Sebagai program empowering, khusus untuk para jemaah perempuannya, sebagai turunan program dari Mata Nusantara, juga terdapat program Khadijah Jakarta. Program Khadijah Jakarta ini mengupayakan kaum perempuan agar bisa mempunyai usaha bersama (20 orang per unit usaha per RW) yang dijalankan dari rumah salah seorang anggotanya.
Caranya adalah dengan membuat pelatihan-pelatihan wirausaha/entreprenuer di majelis taklim-majelis taklim, yang mengajarkan para jemaah untuk bisa memiliki jiwa dan skill entrepreneurship, lalu di kelompokan sebanyak 20 orang per kelompok," lanjut Adriyanta.
Baca Juga: Duh! 2 Kali Dalam Sehari, Warga Pasar Gembrong Terlibat Tawuran, Saling Lempar Batu Dan Petasan
Berbicara untuk topik yang berbeda, sebagai tanggapan suasana menjelang Pileg dan Pilpres saat ini, yaitu kepemimpinan bangsa, Adriyanta lalu mengemukakan pandangannya tentang tata cara pemilihan Presiden di Indonesia, yang menurut pandangannya akan lebih baik bila dilakukan dengan cara perwakilan melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai Lembaga tertinggi negara dan tidak lagi dengan cara pemilihan langsung, seperti yang berlangsung dalam beberapa Pemilu terakhir.
Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dimaksud disini adalah Majelis yang berisikan para stake holder Bangsa yang memiliki Hikmat (values and trusted) yang diambil dari berbagai kalangan dari komponen-komponen penting di masyarakat.
Hal ini dimaksudkan agar nilai-nilai filosofis Pancasila yang merupakan Etika dasar bangsa kita dapat kembali di tegakkan dan berdaulat. Bagaimanapun juga Demokrasi atau filsafat demokrasi adalah Etika atau norma-norma yang berasal dari Yunani, bukan filsafat, etika, atau norma-norma asli bangsa Indonesia.
Demokrasi lebih berbasis kepada Kompetisi (sering tanpa mengindahkan Kompetensi), sedangkan Pancasila lebih berbasis kepada Kompetensi (hampir tidak mengakomodir kompetisi liberal dan lebih mengedepankan musyawarah yang beretika kebangsaan asli Indonesia).
Contohnya, menurut Adriyanta, dengan Pemilihan Presiden dilakukan secara langsung oleh semua masyarakat (one man One Vote), maka nantinya beresiko akan terpilih figur yang kurang mempunyai kompetensi sebagai presiden, bisa menjadi Presiden R.I. karena lebih memiliki dana dan jaringan yang besar.
Adriyanta lalu memaparkan, Indonesia adalah negara yang didirikan atau dibentuk oleh bangsa-bangsa. Sehingga akan lebih tepat, apabila sistem pemilihan presiden-nya dengan cara perwakilan melalui majelis-majelis di MPR.
Berita Terkait
-
Kebakaran Hebat Di Kalideres, Dua Pabrik Dan Bengkel Las Ludes Terbakar
-
Biar Jakarta Bisa Bersaing dengan Kota Besar Dunia, Pengamat Sebut Pentingnya Penataan Kawasan JIS
-
Diterjang Banjir, Puluhan Warga Ngungsi Di Gedung Kelurahan Semper Timur
-
Diguyur Hujan Sejak Malam, 17 RT Dan 22 Ruas Jalan Di Jakarta Kebanjiran, Ini Lokasinya
-
Nasib Petugas Kebersihan Usai Viral Kepergok Buang Sampah Sembarangan Di Pintu Air Manggarai
Terpopuler
- Skincare Reza Gladys Dinyatakan Ilegal, Fitri Salhuteru Tampilkan Surat Keterangan Notifikasi BPOM
- Roy Suryo Desak Kejari Jaksel Tangkap Silfester Matutina: Kalau Sudah Inkrah, Harus Dieksekusi!
- Bukan Jay Idzes, Pemain Keturunan Indonesia Resmi Gabung ke AC Milan Dikontrak 1 Tahun
- 3 Klub yang Dirumorkan Rekrut Thom Haye, Berlabuh Kemana?
- Selamat Datang Jay Idzes! Klub Turin Buka Pintu untuk Kapten Timnas Indonesia
Pilihan
-
Daftar 5 Sepatu Lokal untuk Lari Harian, Nyaman dan Ringan Membentur Aspal
-
Aremania Wajib Catat! Manajemen Arema FC Tetapkan Harga Tiket Laga Kandang
-
Kevin Diks Menggila di Borussia-Park, Cetak Gol Bantu Gladbach Hajar Valencia 2-0
-
Calvin Verdonk Tergusur dari Posisi Wingback saat NEC Hajar Blackburn
-
6 Smartwatch Murah untuk Gaji UMR, Pilihan Terbaik Para Perintis 2025
Terkini
-
Protes Pesawat Delay, Penumpang Lion Air Malah Teriak Bawa Bom, Kini Terancam Penjara
-
Penyiraman Air Keras di Jakarta Utara, Polisi Tangkap Empat Pelaku yang Masih Pelajar
-
Aksi Koboi Jalanan Pengemudi Pajero di Tangsel, Ngaku Aparat Acungkan Pistol Gegara Cekcok Klakson
-
Semangat Kemerdekaan dalam Fashion: Masih Relevan Setelah 37 Tahun
-
Sosok Presiden Direktur Pertama PT Nissen Chemitec Berpulang dalam Insiden Tragis