SuaraJakarta.id - Fortinet, pemimpin global dalam keamanan siber, mengungkap hasil survei terbaru dari IDC yang menunjukkan bahwa organisasi di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, menghadapi lonjakan besar dalam volume dan kecanggihan serangan siber berbasis kecerdasan buatan (AI).
Laporan ini mengindikasikan bahwa teknologi AI tidak hanya digunakan untuk pertahanan, tetapi juga dimanfaatkan oleh aktor ancaman untuk menyerang dengan cara yang lebih senyap dan sulit terdeteksi.
Di Indonesia, 54 persen organisasi melaporkan telah menjadi korban serangan berbasis AI dalam 12 bulan terakhir, sementara 36 persen mengklaim bahwa tingkat serangan telah meningkat hingga tiga kali lipat.
Bentuk serangan yang dominan mencakup BEC berbasis deepfake (57 persen), credential stuffing bertenaga AI (51 persen), malware polimorfik (46 persen), dan serangan otomatis ke cloud (45 persen).
"Temuan survei ini menunjukkan kebutuhan yang semakin mendesak akan strategi pertahanan berbasis AI. Pergeseran menuju model keamanan siber yang terintegrasi dan berpusat pada risiko menjadi sangat krusial," kata Simon Piff, Wakil Presiden Riset IDC Asia-Pasifik.
"Dalam lanskap ancaman yang baru ini, pendekatan keamanan yang reaktif tidak lagi memadai sehingga operasi yang prediktif dan berbasis intelijen harus menjadi standar," lanjutnya.
Meski kesadaran terhadap ancaman meningkat, hanya 13 persen organisasi Indonesia menyatakan yakin dapat menanggulangi serangan berbasis AI.
Sebaliknya, 18 persen tidak memiliki kemampuan mendeteksi serangan tersebut sama sekali. Ransomware (64 persen), eksploitasi zero-day (50 persen), kesalahan konfigurasi cloud (56 persen), dan ancaman dari dalam organisasi (44 persen) menjadi tantangan yang paling dikhawatirkan.
Kompleksitas sistem dan keterbatasan sumber daya manusia juga menjadi hambatan utama. Rata-rata hanya 7 persen staf di organisasi dialokasikan untuk TI internal, dan dari jumlah itu, kurang dari 1 persen fokus pada keamanan siber.
Baca Juga: Polisi Cegah Pelajar Jadi Korban Kejahatan Siber Lewat Program Edukasi
Selain itu, hanya 15 persen organisasi di Indonesia yang memiliki CISO secara struktural, memperlihatkan kurangnya kepemimpinan strategis di bidang ini.
Edwin Lim, Country Director Fortinet Indonesia, menegaskan; "Kompleksitas kini menjadi medan pertempuran baru dalam keamanan siber, dan AI adalah tantangan sekaligus garis depan pertahanan. Fortinet membantu organisasi tetap selangkah lebih maju melalui pendekatan platform terpadu yang menggabungkan visibilitas, otomasi, dan ketahanan."
Walau 70 persen organisasi di Indonesia melaporkan adanya peningkatan anggaran untuk keamanan siber, mayoritas kenaikan masih di bawah 5 persen.
Prioritas utama mencakup keamanan identitas, SASE/Zero Trust, dan perlindungan cloud. Namun, area penting lain seperti keamanan untuk OT/IoT dan pelatihan karyawan masih mengalami kekurangan investasi.
Rashish Pandey, Wakil Presiden Pemasaran dan Komunikasi Fortinet Asia & ANZ, menyatakan; "Kami melihat perubahan nyata dalam cara organisasi mengelola investasi keamanan siber mereka. Fokusnya kini bergeser ke area strategis seperti identitas, ketahanan, dan akses. Platform kami menghadirkan skala, kecerdasan, dan kesederhanaan yang dibutuhkan untuk berkembang di realitas baru ini."
Lebih lanjut, survei mengungkap bahwa 96 persen organisasi di Indonesia telah atau sedang dalam proses konsolidasi antara keamanan dan jaringan untuk menyederhanakan operasional, meningkatkan efisiensi, dan menurunkan risiko.
Berita Terkait
-
HP Disalahgunakan untuk Prostitusi Online, Tiara Aurellie Tuntut Keadilan
-
Palo Alto Networks Perkenalkan Cortex AgentiX: Tenaga AI Canggih Siap Merevolusi Keamanan Siber
-
IPOT Ungkap Email-OTP Biang Kerok Pembobolan Akun Investor Pasar Modal
-
Bebas dari Ancaman Siber, Kenali Bodyguard Penjaga Aktivitas Online
-
Pelindo Gelar Live ISPS Code di Celukan Bawang untuk Antisipasi Narkoba hingga Cyber Attack
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
7 Tren Fintech yang Diprediksi Mengubah Cara Masyarakat Bertransaksi pada 2026
-
Libur Tahun Baru 2026 Sudah di Depan Mata! Ini Jadwal Libur ASN yang Dinanti
-
8 Mobil Bekas untuk Mengatasi Biaya Perawatan Tak Terduga bagi Pengguna Minim Jajan
-
Cek Fakta: Viral Tautan Pendaftaran 500 Ribu Pekerja di Dapur MBG, Benarkah?
-
Duel HP Murah Layar AMOLED: Samsung vs Xiaomi, Siapa Paling Bagus?