Muhammad Yunus
Minggu, 12 Oktober 2025 | 16:33 WIB
Foto udara jembatan layang (skybridge) penghubung Stasiun MRT Asean dan Halte Transjakarta CSW di Jakarta, Rabu (11/8/2021) [Suara.com/ANTARA]
Baca 10 detik
  • Gagasan Jembatan Cincin Donat berawal dari keresahan Gubernur Daerah Khusus (DK) Jakarta
  • Dukuh Atas merupakan simpul utama ekosistem mobilitas Jakarta
  • Infrastruktur tersebut diharapkan dapat mengurai kepadatan

Bisakah Jembatan Cincin Donat ubah pola mobilitas warga?

Perubahan budaya mobilitas tidak terjadi dalam semalam. Ia tumbuh perlahan, seiring upaya pembangunan infrastruktur dan edukasi publik yang saling terhubung untuk membentuk cara baru pergerakan masyarakat kota.

Data Dinas Perhubungan DK Jakarta mencatat penggunaan transportasi umum pada tahun 2018 baru mencapai 18 persen dan naik menjadi 22,19 persen pada tahun 2025.

Dengan total pergerakan warga mencapai 20,2 juta orang per hari.

Kepala Dinas Perhubungan DK Jakarta, Syafrin Liputo menjelaskan, butuh tujuh tahun bagi Jakarta untuk menaikkan penggunaan transportasi publik sekitar empat persen.

“Ini bukan pekerjaan mudah, karena yang kita coba ubah adalah kebiasaan orang” kata Syafrin.

Ia menambahkan, peningkatan tersebut tak lepas dari upaya konsisten pemerintah yang tak hanya memperkuat integrasi antarmoda, tapi juga meningkatkan kenyamanan publik melalui Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang tertuang dalam Peraturan Gubernur (Pergub) No. 2 Tahun 2024

“Layanannya kita perluas dan menyeluruh, mulai dari infrastruktur, layanan, rute hingga Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek), tarif, dan sistem pembayaran. Semua sama, headway lima menit di jam sibuk, sepuluh menit di luar jam sibuk” jelasnya.

Jembatan Cincin Donat diproyeksikan mampu menjadi salah satu strategi meningkatkan angka pengguna transportasi umum di Jakarta.

Baca Juga: Detik-Detik Pelajar Tenggelam di Kali Cengkareng: Warga Sempat Ulurkan Bambu Penyelamat

Pengamat Transportasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Soni Sulaksono menilai pembangunan Jembatan Cincin Donat bukan hanya soal infrastruktur, melainkan bagian dari edukasi publik untuk membiasakan masyarakat berpindah moda dan menjangkau aktivitas harian dengan transportasi umum.

“Ini (Jembatan Cincin Donat) menjadi edukasi penting buat masyarakat bahwa menuju titik-titik aktivitas menggunakan transit ternyata mudah dan tidak perlu menggunakan kendaraan pribadi” jelas Soni.

Soni juga menekankan pentingnya desain kawasan yang tidak menyediakan lahan parkir kendaraan pribadi di sekitar Jembatan Cincin Donat. Menurutnya, ketiadaan lahan parkir dapat menjadi strategi efektif untuk mengubah kebiasaan masyarakat agar bergantung pada transportasi publik, bukan mobil pribadi.

“Kalau di sekitar jembatan disiapkan parkir, orang tetap akan bawa mobil. Tapi kalau tidak ada, mau tidak mau mereka naik MRT, LRT, atau KRL. Jadi infrastruktur ini bukan hanya soal bentuk, tapi cara mendidik warga kota agar disiplin dalam mobilitas” tambahnya.

Langkah kaki jadi awal mobilitas

Jepang bisa menjadi contoh bahwa mobilitas bukan sekedar perpindahan dari satu titik ke titik lain, melainkan bagian dari cara hidup yang tertata.

Load More