Muhammad Yunus
Minggu, 02 November 2025 | 20:18 WIB
Pandji Pragiwaksono dalam sesi jumpa pers tur stand up Mens Rea di Markas Comika, Wijaya, Jakarta, Rabu (16/4/2025) [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]
Baca 10 detik
  • PMTI menilai materi yang dibawakan Pandji bukan sekadar candaan, tetapi bentuk penghinaan
  • Praktik menyimpan jenazah dalam tradisi Toraja tidak dilakukan sembarangan
  • Pandji didesak minta maaf ke warga Toraja

"Ini bukan hanya soal satu suku, tapi pelajaran bagi semua pihak agar tidak seenaknya mempermainkan budaya orang lain, sekalipun dalam konteks humor," ungkapnya lagi.

Menurutnya, humor seharusnya digunakan untuk membangun kesadaran, bukan memperkuat stereotip.

"Tidak semua hal bisa dijadikan bahan tertawaan. Bagi kami, ini bukan lucu, ini menyakitkan. Apalagi diucapkan oleh publik figur," ucapnya.

Pandji, yang selama ini dikenal lewat komedi cerdas dan kritik sosialnya, belum memberikan tanggapan resmi atas polemik tersebut.

Namun, desakan agar ia segera memberikan klarifikasi dan permintaan maaf terus menguat di berbagai platform.

Sebelumnya, potongan video berdurasi singkat yang menampilkan komika Pandji Pragiwaksono mendadak viral di media sosial.

Dalam cuplikan itu, Pandji melontarkan materi stand-up yang dianggap menyinggung masyarakat Toraja.

Ia menyebut banyak warga Toraja jatuh miskin karena memaksakan diri menggelar pesta kematian.

Bahkan menggambarkan jenazah keluarga yang belum dimakamkan dibiarkan terbaring di ruang tamu, tepat di depan televisi.

Baca Juga: Bank Mandiri Akselerasi Industri Kopi Nasional Lewat Jakarta Coffee Week 2025

"Di Toraja, kalau ada keluarga yang meninggal makaminnya pakai pesta yang mahal banget. Bahkan banyak orang Toraja yang jatuh miskin habis bikin pesta untuk pemakaman keluarganya," ujar Pandji dalam video tersebut.

"Dan banyak yang ga punya duit untuk makamin, akhirnya jenazahnya dibiarin aja gitu. Ini praktik umum. Jenazahnya ditaruh aja di ruang TV di ruang tamu gitu. Kalau untuk keluarganya sih biasa aja ya, tapi kalau ada yang bertamu kan bingung ya. Nonton apapun di TV berasa horor," sebutnya disambut tawa penonton.

Namun di luar panggung, tawa itu berubah menjadi gelombang amarah. Potongan tersebut menuai kecaman, terutama dari kalangan masyarakat Toraja yang menilai pernyataan Pandji melecehkan nilai-nilai budaya dan adat mereka.

Load More