Pengertian dan Kisah Isra Miraj Nabi Muhammad SAW ke Sidratul Muntaha

Kisah Isra Miraj Nabi Muhammad SAW ini juga diabadikan dalam Al Quran Surat Al-Isra ayat 1.

Rizki Nurmansyah
Kamis, 11 Maret 2021 | 08:05 WIB
Pengertian dan Kisah Isra Miraj Nabi Muhammad SAW ke Sidratul Muntaha
Kaligrafi nama baginda Nabi Muhammad SAW. (Shutterstock)

SuaraJakarta.id - Setiap tanggal 27 Rajab, umat Islam di seluruh dunia memperingati Isra Miraj Nabi Muhammad SAW. Tak terkecuali di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya muslim, di mana peringatan itu jatuh pada hari ini, Kamis (11/3/2021).

Lalu sebenarnya apa pengertian Isra Miraj?

Tak sedikit masyarakat yang menggabungkan Isra Miraj sebagai satu peristiwa yang sama. Sebenarnya Isra dan Miraj dua peristiwa yang berbeda yang terjadi dalam waktu semalam.

Isra adalah peristiwa ketika Allah SWT "memberangkatkan" Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekah, Arab Saudi, ke Masjidil Aqsa di Yerusalem, Palestina.

Baca Juga:Apa itu Burak? Kendaraan Nabi Muhammad SAW saat Isra Miraj

Sedangkan Miraj adalah sebuah peristiwa dinaikkannya Rasulullah dari Masjidil Aqsa, melintasi langit-langit, ke Sidratul Muntaha.

Umat muslim mengitari atau tawaf Ka'bah dalam musim haji di Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi, Rabu (29/7). [Foto/AFP]
Umat muslim melakukan tawaf di Ka'bah saat ibadah haji di Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi, Rabu (29/7). [AFP]

Kisah Isra Miraj Nabi Muhammad SAW

Ada perbedaan pendapat diantara para ulama ataupun ahli sejarah mengenai tanggal dan tahun kejadian Isra Miraj.

Namun pendapat yang paling populer dan kuat adalah pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian baginda Nabi Besar Muhammad SAW.

Kisah Isra Miraj Nabi Muhammad SAW ini juga diabadikan dalam Al Quran Surat Al-Isra ayat 1.

Baca Juga:Tujuan Isra Miraj Bagi Nabi Muhammad dan Umat Islam

"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami memperlihatkan kepadanya dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sungguh Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

Kendarai Buraq

Dikutip SuaraJakarta.id—grup Suara.com—dari NU Online, Kamis (11/3/2021), dalam perjalanan Isra Miraj dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, lalu dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha, Nabi Muhammad SAW mengendarai buraq.

Buraq berasal dari kata barq yang memiliki arti kilat. Maka dari itu buraq diasumsikan sebagai kendaraan yang memiliki kecepatan kilat atau melebihi gerakan cahaya.

Dalam perjalanan Isra itu, Rasulullah SAW selain mengendarai buraq, juga ditemani Malaikat Jibril AS. Sebagaimana hadis berikut ini:

"Dari Abdullah bin Mas’ud bahwasannya Rasulullah SAW berkata: Aku telah disediakan buraq, akupun duduk di belakang Jibril dan brangkatlah bersama. Ketika hendak naik kedua kakinya diangkat ke atas, dan ketika turun kedua tangannya yang diangkat."

Sementara mengenai bentuk buraq, Nabi Muhammad SAW menggambarkannya dalam sebuah hadis, sebagai berikut:

"Dari Anas bin Malik bahwasannya Rasulullah SAW berkata: Aku diberi buraq, dia hewan tunggangan yang berwarna putih lebih besar dari keledai tapi lebih kecil dari bighal yang satu tanduknya terdapat dipucuk kepalanya…”

Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. [shutterstock]
Masjid Aqsa di Yerusalem, Palestina.

Perintah Salat Lima Waktu

Dalam peristiwa Miraj ke Sidratul Muntaha, baginda Nabi Muhammad SAW mendapat perintah dari Allah SWT untuk mendirikan salat lima waktu sehari semalam. Perintah itu juga berlaku wajib bagi umat Rasulullah SAW.

Salat juga merupakan salah satu dari Rukun Islam. Berikut lima Rukun Islam:

  1. Membaca dua kalimat syahadat
  2. Mendirikan salat
  3. Menunaikan zakat
  4. Puasa di bulan Ramadan
  5. Haji bagi yang mampu

Perintah menegakkan salat tertuang dalam Al Quran dan diulang berkali-kali sampai lebih dari 80 kali. Dalam hadis juga banyak disebutkan agar setiap muslim mengerjakan sholat dengan baik.

Dilansir dari NU Online, secara terminologi, salat adalah ibadah yang terdiri dari beberapa ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, dengan syarat dan rukun tertentu.

Penggambaran tentang salat di atas barulah secara lahiriah. Sedangkan definisi salat dari segi hakikatnya, yaitu menghadapkan hati kepada Allah SWT sehingga dapat mendatangkan rasa takut kepada-Nya dan menanamkan dalam jiwa rasa keagungan-Nya dan kesempurnaan-Nya.

Dengan demikian, salat yang baik ialah yang dilakukan dengan memenuhi syarat, rukun dan ketentuan lain serta diikuti dengan gerakan kejiwaan. Dengan begitu, Insya Allah kita akan terhindar dari golongan orang yang mengerjakan salat, tapi pada hakekatnya mereka tidak salat.

Hal ini sebagaimana disampaikan Nabi Muhammad SAW dalam salah satu hadisnya yang diriwayatkan oleh Ahmad.

"Akan datang suatu masa menimpa manusia, banyak yang melakukan salat, padahal sebenarnya mereka tidak salat." (HR Ahmad, No. 47)

Dengan memperingati Isra Miraj hari ini, semoga kita dapat meningkatkan kualitas salat. Sehingga dapat meningkatkan takwa kepada Allah SWT.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini