SuaraJakarta.id - Sebagai salah satu kecamatan di Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Serpong memiliki masjid bersejarah terkait penyebaran Islam. Masjid tersebut bernama Masjid Al-Ikhlas Cilenggang.
Berada di tengah pemukiman penduduk di Kampung Cilenggang, Kecamatan Serpong, masjid tersebut diklaim menjadi awal penyebaran Islam serta perlawanan terhadap penjajah Belanda.
Masjid tersebut dibangun oleh Tubagus Muhammad Atif. Beliau merupakan anak keenam dari Sultan Ageng Tirtayasa yang merupakan Sultan Banten ke-6.
Baca Juga:Kisah Masjid Jami At Taqwa: Salat di Dua Tempat dalam Satu Waktu
SuaraJakarta.id berkesempatan bertemu dengan Tubagus Sos Rendra, salah satu keturunan dari Tubagus Muhammad Atif. Ia mengungkapkan bahwa Masjid Al-Ikhlas merupakan masjid tertua di Tangsel.
"Masjid Al-Ikhlas Cilenggang ini bisa dibilang merupakan masjid tertua di Tangerang Selatan," kata Rendra ditemui, Jumat (16/4/2021).
Rendra menuturkan, Tubagus Muhammad Atif datang ke Cilenggang pada tahun 1667. Ia mendapat tugas dari Sultan Ageng Tirtayasa untuk melawan penjajah Belanda sekaligus menyebarluaskan agama Islam.
Dua tahun berselang, Tubagus Muhammad Atif kemudian menikahi gadis pribumi Cilenggang bernama Siti Almiah. Dan Masjid Al-Ikhlas tersebut dijadikan sebagai mas kawin.
"Dulu di sini belum ada Islam, masih banyak masyarakat yang menganut agama Hindu. Dua tahun kemudian 1669, beliau dapat jodoh orang sini bernama Siti Almiah dengan masjid ini sebagai mas kawinnya," tutur Rendra menunjuk Masjid Al-Ikhlas.
Baca Juga:Penjualan Timun Suri di Tangsel Anjlok, Resep Es Timun Suri Buat Buka Puasa
Masjid tersebut, kata Rendra, dulu masih berbentuk surau berukuran 4x3 meter. Temboknya, masih terbuat dari bilik diapit oleh bambu.
Atapnya masih berupa ijuk dan suraunya masih berbentuk panggung.
"Awalnya masih berbentuk surau, tapi namanya sudah Masjid Al-Ikhlas. Bentuknya masih seperti rumah panggung. Kalau sekarang sudah direnovasi ratusan kali. Jadi bangunan baru dan beton," paparnya.
Selain dakwah Islam, Tubagus Muhammad Latif yang merupakan Pangeran Banten juga ditugasi memerangi penjajah Belanda di Benteng Selatan usai kalah dari Nyi Mas Melati di Tangerang.
"Selain menyebarkan agama Islam, beliau juga membantu masyarakat untuk melawan penjajah Belanda usai kalah dari Nyi Mas Melati pada tahun 1650. Para Belanda membuat Benteng Selatan di sepanjang Sungai Cisadane. Maka diutuslah Pangeran Banten,” ungkap Rendra.
Rendra menuturkan, Tubagus Muhammad Atif berhasil memukul mundur para penjajah Belanda. Kemudian, dengan usianya yang semakin menua, beliau wafat pada 1672 dan dimakamkan yang kini dinamai Makam Kramat Tajug yang berada di daerah sekitar.
Makam tersebut berada di ketinggian 100 meter lebih. Setiap momen hari besar seperti munggahan puasa, Maulid Nabi Muhammad SAW dan lainnya, makam keramat tersebut ramai dikunjungi warga sekitar untuk berziarah.
Sementara itu, Ade Supriyatna salah satu pengurus masjid mengatakan, Masjid Al-Ikhlas Cilenggang sudah beberapa kali direnovasi.
Terkini, masjid yang digunakan masyarakat tujuh RT di kawasan itu memiliki menara setinggi 52 meter.
Menara berwarna putih dan hijau itu memiliki lima undakan. Di atasnya terdapat kubah kecil dan lafaz Allah SWT.
Meski menjadi tempat penyebaran agama Islam sejak masyarakat setempah masih beragama Hindu, tapi tak ada corak Hindu yang ditempelkan dalam arsitektur masjidnya.
"Kalau untuk corak-corak begitu kita nggak terlalu paham. Tetapi setahu saya memang nggak ada simbol akulturasi budaya di arsitektur masjidnya," ungkapnya.
Pada Ramadhan yang masih di tengah pandemi Covid-19 ini, pengurus Masjid Al-Ikhlas tetap menyelenggarakan sholat Tarawih secara normal. Sedangkan sore hari, masih ada aktivitas buka puasa bersama.
"Kalau tahun lalu full kita tidak melaksanakan terawih, semua warga shalat di rumahnya masing-masing. Tapi sekarang udah kembali sholat di masjid, terpenting pakai masker," pungkasnya.
Kontributor : Wivy Hikmatullah