Jelang Lebaran, Jasa Penukaran Uang di Tangsel Laris Manis

Uang yang mereka jajakan antara lain pecahan Rp2 ribu, Rp5 ribu, Rp10 ribu, dan Rp20 ribu.

Arief Apriadi
Senin, 10 Mei 2021 | 11:51 WIB
Jelang Lebaran, Jasa Penukaran Uang di Tangsel Laris Manis
Ilustrasi penjaja jasa penukaran uang jelang lebaran (Suara.com/Adi Rianto)

SuaraJakarta.id - Jelang Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran, jasa penukaran uang bermunculan di Kota Tangeran Selatan, mulai dari Jalan Raya Serpong Muncul hingga Jalan Raya Puspitek Setu.

Sejumlah 'calo' menyebut 'dagangannya' laris manis menjelang hari H Lebaran. Uang yang mereka jajakan antara lain pecahan Rp2 ribu, Rp5 ribu, Rp10 ribu, dan Rp20 ribu.

Salah satu 'calo' penukaran uang pinggri jalan itu adalah Mesri Aritonang. Dia buka lapak di samping kiri kantor DPRD Kota Tangerang Selatan di Jalan Puspitek nomor 1, Kecamatan Setu.

Kepada SuaraJakarta.id Mesri mengaku, sudah tiga hari dia buka lapak jasa penukaran uang baru di Tangsel.

Baca Juga:Resep Kue Lidah Kucing Susu dan Cokelat Super Renyah

Sebelumnya, dia buka lapak di Cengkareng. Dia kemudian memilih ekspansi ke Tangsel karena dinilai masih potensial.

"Di sini sudah tiga hari, sebelumnya di Cengkareng. Karena di sana sudah ramai, jadi pindah ke sini yang masih sepi jasa penukaran uang buat lebaran," katanya ditemui, Minggu (9/5/2021).

Mesri menerangkan, sistem penukaran uangnya yakni setiap penukaran Rp100 ribu dengan pecahan berarapun akan dikenakan pemotongan Rp10 ribu.

"Setiap penukaran jumlahnya Rp100 ribu berarti bayarnya Rp110 ribu. Kalau cuma bayar Rp100 ribu, jadi cuma dapat Rp90 ribu aja," terangnya.

Menurutnya, sejak tiga hari buka lapak di Setu, Tangsel, pembeli yang datang cukup banyak. Dalam sehari, dia bisa mendapatkan penukaran uang lebaran hingga Rp20 juta lebih.

Baca Juga:Eks Pentolan FPI Ditangkap, Gara-gara Provokasi Orang Untuk Mudik

Uang yang dia tukarkan itu merupakan milik bosnya asal Cengkareng. Upahnya, dia dapat 5 persen dari hasil perharinya.

"Kalau kemarin kami kan berdua, sehari dapat Rp43 juta dari pagi jam 8 sampai magrib. Kita punya bos bawa berapa aja nggak dipatok. Upahnya 5 persen," papar Mesri.

Perempuan 37 tahun itu mengaku, sudah rutin setiap tahun dirinya membuka jasa penukaran uang menjelang Lebaran.

Meski tahun ini masih dalam situasi pandemi Covid-19, omset yang dihasilkan disebutnya tak terlalu berbeda dengan momen Lebaran dalam situasi normal.

"Kalau ramai ya tetap ramai, nggak ada bedanya sama situasi normal. Cuma yang beda paling kalau pandemi pecahan rupiah yang paling laris itu Rp2 ribu dan Rp5 ribuan. Kalau dulu itu pecahan Rp10 ribu dan Rp20 ribu," bebernya.

Mesri cuma menjajakan jasa penukaran uang dengan membuka lapang sederhana. Dia cuma menyediakan kursi untuk memajang pecahan uang baru mulai Rp2 ribu hingga Rp20 ribu.

Dia pun hanya duduk di pinggir jalan. Setiap harinya, dia bersama rekannya membawa sekira Rp120 juta uang pecahan Rp2-Rp20 ribu itu.

Dengan uang yang cukup banyak dan mencolok di pinggir jalan, Mesri sebetulnya merasa khawatir jadi sasaran perampokan. Agar merasa aman, dia memilih tempat yang strategis dan ramai.

"Ada juga rasa takutnya, tergantung yang di atas, udah risiko. Biar aman sengaja ngambil tempat di samping kantor DPRD ini, kan masih agak aman lah," katanya sambil menghitung uang pecahan Rp5 ribu.

Sementara itu, Zakiah salah satu warga yang menukarkan uang pecahan Rp2 ribu kepada Mesri mengaku, terbantu adanya jasa penukaran uang di pinggir jalan itu. Hal itu, lantaran tak perlu repot datang dan antre ke bank.

"Iya kebantu sih, kalaupun lebih mahal Rp10 ribu ya nggak papa," katanya.

Kontributor : Wivy Hikmatullah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini