SuaraJakarta.id - Asal usul Semur jengkol. Tak banyak yang tahu asal usul kata semur jengkol. Semur jengkol merupakan makanan khas Betawi.
Semur jengkol, selain itu masakan daerah satu ini dikenal dengan citarasanya yang autentik dan cukup berani. Pasalnya tak banyak orang suka dengan bau yang ditimbulkan oleh jengkol.
Selain itu juga jika tidak diolah dengan benar jengkol akan terasa pahit ketika dimakan.
Tetapi bagaimana ya jengkol terutama semur jengkol dapat menjadi makanan khas dari masyarakat Betawi?
Baca Juga:Belanda vs Makedonia Utara Euro 2020: Jadwal, Prediksi dan Live Streaming
Semur jengkol terdiri dari dua kata yang merupakan penggabungan dari semur dan jengkol. Dalam bahasa Belanda semur disebut dengan "Smoor" yang diartikan sebagai teknik memasak dengan api kecil dan dengan waktu yang lama hingga daging menjadi empuk.
Semur sendiri sudah hadir dari tahun 1600, Interaksi masyarakat Belanda dan Indonesia terutama dalam pengolahan makanan juga menjadi pengembangan cita rasa dari semur.
Makanan ini pernah menjadi menu utama dalam perjamuan bangsa Belanda.
Semur ini berasal dari kata smoor yang kemudian menjadi bahasa serapan yaitu semur. Kemudian semur ini melekat dan menjadi tradisi bangsa Indonesia terutama masyarakat Betawi, dimana masyarakat menjadikan semur sebagai bagian tradisi yang selalu dihidangkan pada masa lebaran, perkawinan, atau acara-acara besar tradisional lainnya.
Semur yang mulanya menggunakan daging sapi atau daging lainnya, semur khas Betawi ini menggunakan jengkol sebagai bahan dasar utamanya.
Baca Juga:Enggak Ngambek, Matthijs de Ligt Tunjukkan Kedewasaan Saat Dikritik Marco van Basten
Selain dipengaruhi oleh Belanda, masakan Betawi juga mendapat pengaruh dari Timur Tengah, dan India yang memang kerap menggunakan banyak rempah dalam olahan makanannya, sedangkan cita rasa kecap merupakan pengaruh masakan Tionghoa peranakan.
Jengkol sendiri sudah dimanfaatkan sejak zaman Belanda, karena banyaknya pohon jengkol yang tumbuh di pekarangan rumah orang Betawi selain itu juga masyarakat Betawi merupakan masyarakat cenderung memilih memanfaatkan segala yang ada dilingkungan sekitar. Dua daerah penghasil jengkol terbesar masa itu berada di Pondok Gede dan Lubang Buaya, orang Betawi.
kegemaran masyarakat Nusantara dalam memakan jengkol sudah ditemukan sedari zaman Letnan Gubernur Hindia Belanda, Thomas Stamford Raffles dalam The History od Java (1817), dan beberapa sumber lain yang menyatakan kegemaran masyarakat Betawi mengkonsumsi jengkol.
Setelah mengatahui asal usul semur jengkol ini, mungkin kamu tertarik untuk membuat semur jengkol ala rumahan, berikut resep semur jengkol:
Bahan dan bumbu
- 500 gr jengkol
- 1 batang serai digeprek
- 3 cm lengkuas digeprek
- 2 lembar daun jeruk
- 1 lembar daun salam
- 3 butir cengkeh
- 1/2 sdt pala bubuk
- 1/2 sdt garam
- 1/2 sdt lada bubuk (merica/.sahang)
- 1/2 sdt kaldu bubuk
- 7 sdm kecap manis
- 350 ml air untuk kuah
- Air secukupnya dan
- 16 lembar daun jambu biji atau klutuk untuk rebusan jengkol secukupnya
- minyak untuk menumis bumbu
- Haluskan
- 5 butir kemiri
- 8 butir bawang merah
- 3 siung bawang putih
- 6 buah cabe merah besar
Cara membuat semur jengkol
- Kupas kulit jengkol dan cuci bersih
- Rebus dengan air secukupnya bersama delapan lembar daun jambu selama 60 menit
- Buang daun jambu air rebusan pertama, ganti dengan air dan delapan lembar daun jambu yang baru lalu rebus kembali selama 60 menit hingga jengkol menjadi empuk.
- Angkat dan tiriskan jengkol, kemudian geprek-geprek namun tidak usah terlalu kuat agar bumbu meresap.
- Panaskan sedikit minyak di wajan, kemudian tumis bumbu halus, daun jeruk, daun salam, cengkeh, lengkuas, serai hingga harum.
- Masukkan air dan jengnkolnya serta aduk rata, setelah mendidih beri garam, pala, lada, kaldu bubuk dan kecap manis, aduk rata
- Masak hingga kuah mengental dan sedikit surut, lalu aduk sesekali agar matang merata.
- Angkat dan semur sudah siap disajikan
Sumber: ITBU, Historia, Pesona Nusantara
Kontributor : Kiki Oktaliani