SuaraJakarta.id - Bocah 10 tahun di Kota Tangerang Selatan menjadi yatim piatu usai kedua orangtuanya meninggal dunia setelah sempat didiagnosis positif Covid-19.
Kini, bocah malang itu tinggal bersama kedua simbahnya. Sehari-hari, mereka menyambung hidup dari hasil berjualan telur yang untungnya puluhan ribu. Itu pun jika telur dagangannya laku terjual.
Bocah bernama Charlotte Michele Verlin Suherman adalah anak satu-satunya dari pasangan Feriyanto Suherman dan Claudina Marsha.
Baru usia 10 tahun, dirinya dipaksa kuat menghadapi takdir tanpa kedua orang tuanya.
Baca Juga:Bupati Sleman Pastikan Siap Jawab Tantang Luhut Naikkan Target Capaian Vaksinasi
Sang ayah, Feriyanto, meninggal pada Maret 2020 lalu karena penyakit lambung dan didiagnosis Covid-19. Sementara ibunda, menyusul mendiang suaminya setelah mengalami gagal jantung yang disertai pula dengan Covid-19.
Kini Charlotte diasuh oleh kakek-neneknya, Toto Sunarto dan Wati Sunarto yang keduanya sudah berusia 73 tahun.
Toto bercerita, anak dan menantunya meninggal duia saat Charlotte masih berusia 9 tahun. Meski ditinggal kedua orang tuanya,Charlotte merupakan anak yang tangguh, jarang menangis meski kedua orangtuanya sudah meninggal.
"Sejak kecil memang jarang menangis, setelah orangtuanya meninggal juga biasa aja. Mungkin berusaha tegar," kata Toto.
Di usianya saat ini, kata Toto, cucunya itu bercita-cita ingin menjadi guru les Bahasa Inggris. Cita-cita itu tumbuh dari mendiang ibunya.
Baca Juga:Peneliti Virus Dari Wuhan: Bersiap Hidup Berdampingan Dengan Virus Dalam Jangka Panjang
"Dulu waktu kecil diajari mamahnya bicara Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia waktu almarhumah masih ada. Sekarang katanya bilang mau jadi guru les Bahasa Inggris buat anak kecil, mau ngajar anak TK," ungkap Toto haru.
Toto berusaha agar cucunya tak murung usai ditinggal kedua orangtuanya yang wafat lebih dulu. Salah satu caranya dengan diajak latihan berenang.
"Aktivitas sehari-hari sekolah saja, kalau hari Minggu les secara online. Biasanya berenang supaya lupa sama situasi rumahnya, jadi kasih kegiatan saja apa yang dia mau," beber Toto.
Untuk menghidupi istri dan cucunya yang yatim piatu itu, Toto mengandalkan dari hasil penjualan telur. Hasil penjualannya juga tak tentu.
"Ya enggak tentulah, setiap 15 kilo telur untungnya Rp15 ribu. Itu kalau habis sehari, kalau enggak habis ya lumayan saja buat makan kita bertiga," pasrahnya.
Toto bersyukur, lantaran Charlotte termasuk bukan anak yang manja. Anak yatim piatu yang kini duduk di bangku kelas 4 SD itu termasuk penurut.
- 1
- 2