Menilik Pencucian Benda Pusaka di Tangsel, Tradisi Silaturahmi Keturunan Pangeran TB Atif

Benda pusaka yang dicuci itu sudah ada sejak abad 15 lalu sejak era Sultan Ageng Tirtayasa.

Rizki Nurmansyah
Rabu, 20 Oktober 2021 | 18:30 WIB
Menilik Pencucian Benda Pusaka di Tangsel, Tradisi Silaturahmi Keturunan Pangeran TB Atif
Sejumlah benda pusaka peninggalan Pangeran Banten Tubagus Muhammad Atief, atau yang lebih dikenal dengan sebutan TB Atief, saat dilakukan ritual pencucian oleh para keturunannya di Cilenggang, Serpong, Tangsel, Rabu (20/10/2021). [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]

"Sebetulnya benda pusakanya banyak, tapi yang dapat kami pertahankan sekira 27. Termasuk yang dua ini berbeda, satu lontar berisi ayat Al Quran dan tutup pusar milik TB Atif pemberian dari Sultan Ageng Tirtayasa. Yang lain seperti biasa, keris dan tombak kerajaan," terang Imam.

"Ada keris lekukannya ada yang lima, ada yang enam. Dulu kan kita masih jaman dari Sultan Demak, mungkin pemberian ke Banten. Yang ada sekarang keris dan tombak. Golok-golok ini peninggalan zaman Belanda," sambungnya.

Imam yang juga menjabat Ketua Forum Dzuriat Kesultanan Banten menyebut, benda pusaka yang dicuci itu sudah ada sejak abad 15 lalu sejak era Sultan Ageng Tirtayasa. Benda pusaka itu dirawat lantaran memiliki nilai sejarah saat melawan penjajah Belanda.

"Iya, kalau bicara sejarahnya sudah pasti itu untuk melawan Belanda dalam rangka mempertahankan kedaulatan NKRI saat itu. Karena untuk menjaga dan juga syiar," ungkapnya.

Baca Juga:Polres Tangsel Tak Lanjutkan Proses Hukum Pelaku Pencabulan, Pengamat Hukum: Keliru!

Dalam proses penyuciannya, puluhan benda pusaka itu dicuci menggunakan jeruk nipis, air bunga serta air kelapa. Jeruk nipis digosok-gosokan ke benda pusaka hingga bersih dari karat.

Setelah bersih, benda pusaka yang didominasi keris dan tombak itu kemudian dibaluri minyak misik. Setelah itu, kemudian dibungkus kembali menggunakan kain putih dan hijau.

"Treatment-nya hanya menggunakan jeruk nipis, air kelapa dan bunga-bunga. Itu secara teori katanya jeruk nipis bisa menghilangkan karat, orang tua kita sudah pakai (itu sejak) dulu dan kita tetap pertahankan," paparnya.

Dari beragam benda pusaka itu, lontar yang bertuliskan ayat Al Quran punya sisi unik tersendiri. Diusianya yang sudah puluhan tahun, bentuk daunnya masih utuh terhindar dari pelapukan. Bahkan, isi ayat Al Quran yang tertulis di daun lontar itu berubah-ubah.

Tiga tahun lalu misalnya, lanjut Imam, di daun lontar itu tertulis ayat surat Ar Rahman. Tapi saat dibuka pada Rabu (20/10/2021), yang terdapat dalam lontar tersebut adalah ayat Surat Yusuf.

Baca Juga:PPKM Level 2, Pemkot Tangsel Izinkan Tempat Karaoke dan Spa Beroperasi, Ini Syaratnya

"Buktinya ada, yang berbicara bukan saya sendiri karena tiap tahun saya buka dan masyarakat melihat sendiri. Saya berpikir positif saja, terlepas itu ada perubahan, yang kita lihat adalah nilai sejarahnya bahwa ini bagian dakwah dzuriat TB Atief melalui daun lontar ini," ungkap Imam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini