SuaraJakarta.id - Tiga ruang kelas di SMPN 6 Kota Tangerang Selatan ambrol akibat plafon bangunan sudah lapuk. Kondisi itu sudah terjadi beberapa bulan lalu dan tak kunjung diperbaiki.
Akibatnya, ratusan siswa dari tiga kelas itu harus mengungsi dan melakukan pembelajaran di aula terbuka. Pasalnya, ruang kelas memprihatinkan dan membuat siswa dan guru was-was tertimpa reruntuhan atap ruangan yang ambrol.
Kepala SMPN 6 Tangsel Mardi Yuana Abdillah menuturkan, ruang kelas itu ambrol sejak awal pembelajaran tatap muka mulai dilaksanakan.
Saat itu, bahkan para orang tua siswa sempat protes lantaran keselamatan anaknya terancam saat melakukan pembelajaran di ruang kelas yang atapnya rusak.
Baca Juga:Bolehkan Nobar Final Piala AFF 2020, Satpol PP Tangsel: Terpenting Gak Bertumpuk
"Itu memang sudah rapuh, ketika anak masuk belajar pada Juni sudah rapuh, sudah mengkhawatirkan. Lalu anak masuk, ketika masuk orang tua protes karena plafonnya pada ambrol," kata Mardi ditemui di sekolah, Kamis (30/12/2021).
Usai diprotes orang tua siswa, kata Mardi, pihaknya kemudian memperbaiki atap yang ambrol dengan dana seadanya ditambah dengan bantuan dari siswa.
"Orangtua khawatir, dengan dana seadanya dan bantuan dari orangtua akhirnya diperbaiki. Ketika sudah diperbaiki, anak belajar lagi. Lalu datang ada dewan untuk memastikan kegiatan belajar," ungkapnya.
Dengan kondisi yang dianggap masih memprihatinkan, salah satu anggota DPRD Tangsel yang mengunjungi SMPN 6 itu kemudian meminta agar ruang kelas yang atapnya ambrol itu tak lagi digunakan tempat belajar hingga ada perbaikan total.
"Setelah itu ratusan siswa dari tiga kelas kita alihkan untuk belajar di aula dan kelas dikosongkan," tutur Mardi.
Baca Juga:Artis Bobby Joseph Ajukan Rehabilitasi, BNNK Tangsel Lakukan Asesmen
Mardi mengatakan, tiga hari setelah kelas dikosongkan, atap-atap kelas semakin ambrol. Dianggap mengancam keselamatan siswa, tiga ruang kelas IX yang ada di lantai dua itu kini diisolasi. Siswa dilarang memasuki area kelas itu.
"Ini kita pasang garis hitam kuning seperti garis polisi agar tidak ada siswa yang ke ruang kelas ambrol ini. Demi keselamatan, kelasnya benar-benar dikosongkan, steril dari aktivitas siswa," bebernya.
Parahnya, plafon yang ambrol itu terjadi di hampir seluruh atap ruang kelas VII dan VIII. Menurut Mardi, plafon ruang kelas itu hampir keseluruhan sudah lapuk dan rawan ambrol.
Mardi mengungkapkan, sejak berdiri pada tahun 1990-an dan direnovasi total pada 2000, belum ada lagi perbaikan di SMPN 6 Tangsel.
"Plafonnya memang sudah lapuk dimakan usia. Di beberapa ruang kelas, Rata-rata atapnya rawan ambrol," ungkapnya.
Rencananya, pada 2020 lalu sekolah yang berada di dalam kawasan perumahan Villa Bintaro Indah, Jalan Halmahera Blok D, Jombang Ciputat, itu bakal dilakukan revitalisasi.
Namun, rencana itu tak terlaksana lantaran anggaran pembangunan yang sudah dicanangkan dialihkan untuk penanganan COVID-19.
Mardi menyebut, sebetulnya kondisi sekolah yang memprihatinkan itu sudah diketahui oleh dinas, wali kota hingga DPRD. Tapi, tak kunjung dilakukan perbaikan karena terkendala anggaran.
Mardi mengaku, dengan kondisi atap kelas rawan ambruk itu, dirinya merasa cemas memikirkan keselamatan para siswanya. Dia berharap, segera dilakukan perbaikan dari pemerintah karena sudah mendesak.
"Setiap hari saya cemas, khawatir ada siswa yang tertimpa reruntuhan atap ruang kelas atau genteng. Kalau sampai terjadi, kepala sekolah lagi yang disalahkan. Kita berharap segera ada perbaikan," pungkasnya.
Kontributor : Wivy Hikmatullah