Walaupun perbedaan kasus di setiap daerah tidak jauh berbeda, hal tersebut tetap akan dipengaruhi respons pemerintah dalam menggencarkan mitigasi baik melalui pelacakan kasus, akselerasi vaksinasi dan peningkatan literasi risiko dalam masyarakat agar lonjakan kasus sekaligus terjadinya kematian akibat COVID-19 tidak terjadi.
"Tingkat kematangan kurva atau gelombang di masing-masing daerah akan berbeda. Memastikan puncak lewat itu, tidak bisa serta merta satu hari atau dua hari langsung. Biasanya butuh satu minggu untuk memastikannya dan ini yang harus kita sadari," tegas Dicky.
Selain memperhatikan cakupan vaksinasi daerah dengan imunitas yang rendah, pemerintah juga harus mempersiapkan fasilitas kesehatan di setiap daerah secara merata agar tenaga kesehatan tidak terbebani akibat banyaknya hunian rumah sakit ataupun kematian yang meningkat.
Dicky juga mengatakan seluruh pihak harus saling bahu-membahu. Karena Covid-19 memiliki dampak baik dalam jangka menengah maupun jangka panjang.
Baca Juga:Epidemiolog Sebut Ada Kekacauan Data Covid-19, Kemenkes Ungkap Penyebabnya
Sebab, sifat abai dan meremehkan berpotensi akan memunculkan varian baru yang lebih hebat dari Omicron dan Delta ataupun long Covid.
"Kita harus lihat variabel-variabel ini, kalau trennya masih meningkat terutama di yang sifatnya akut seperti kasus infeksi, angka positivity rate dan angka reproduksinya jauh di angka satu, kita masih harus bersabar. Saya belum berubah dengan prediksi saya sebelumnya, puncak (Omicron) itu di akhir Februari atau Maret," ucap dia.