Beban Berat Duet Anies-RK di Pilpres 2024: Elektabilitas, Partai dan Ongkos Pemilu

"Jadi kalau dihitung, agak rumit juga membayangkan duet Anies-RK di Pilpres 2024," ungkap pengamat politik Adi Prayitno.

Rizki Nurmansyah
Selasa, 22 Februari 2022 | 16:31 WIB
Beban Berat Duet Anies-RK di Pilpres 2024: Elektabilitas, Partai dan Ongkos Pemilu
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (tengah) dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kiri) di bangku cadangan pemain di JIS, Jakarta Utara, Rabu (16/2/2022). [Dok. Direktur Pengelolaan Aset Jakpro Gunung Kartiko]

SuaraJakarta.id - Nama Anies Baswedan dan Ridwan Kamil belakangan ramai disebut sebagai salah satu duet yang digadang cocok untuk maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Lalu seberapa besar peluang duo gubernur itu dalam kontestasi demokrasi mendatang?

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mencoba mengukur peluang duet Anies-RK pada Pilpres 2024 mendatang.

Adi mengatakan, peluang duet Anies-RK untuk maju dalam Pilpres 2024 masih kecil. Banyak pekerjaan rumah (PR) berat yang harus dilakukan oleh keduanya. Mulai dari elektabilitas, dukungan partai dan 'ongkos' Pemilu.

Dari hasil survei yang dia lakukan pada akhir 2021 menyebut, saat ini elektabilitas keduanya masih rendah. Anies Baswedan yang merupakan Gubernur DKI Jakarta, kata Adi, elektabilitasnya hanya 11 persen. Sedangkan RK yang menjabat Gubernur Jawa Barat elektabilitasnya tak sampai dua digit, yakni hanya 7 persen.

Baca Juga:Akui Sedang Godok Tiga Nama Figur untuk Pilpres 2024, Surya Paloh: Tahun Ini Kita akan Jelaskan Siapa Capres Nasdem

Elektabilitas keduanya itu, bahkan jadi pertaruhan ketika keduanya tak lagi menjabat sebagai Gubernur pada tahun ini untuk Anies dan setahun lagi untuk Ridwan Kamil.

"Gabungan dua orang ini punya pasar pemilih 17 persen. Ketika keduanya nggak jadi gubernur di situlah ujian sesungguhnya. Apakah akan stagnan, berkurang atau justru elektabilitasnya meningkat? Dari itu akan dipersepsikan sebagai orang yang layak maju atau tidak pada Pilpres 2024 mendatang," kata Adi saat dihubungi SuaraJakarta.id—grup Suara.com—Senin (21/2/2022).

Selain elektabilitas, menurut Adi, ada pekerjaan rumah (PR) yang tak kalah rumit dan berat bagi duet Anis-RK untuk maju di Pilpres 2024. Yakni soal partai pengusung dan logistik dalam Pemilu.

 Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno. (Suara.com/Ria Rizki).
Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno. (Suara.com/Ria Rizki).

Pasalnya, menurut Adi, saat ini kecenderungan partai politik di Indonesia ingin memajukan kadernya sendiri. Terlebih, saat ini sejumlah parpol juga sudah memiliki sosok kader yang berpeluang besar maju dalam Pilpres.

PDI Perjuangan (PDIP) misalnya yang memiliki kader potensial untuk diusung dalam Pilpres, seperti Ketua DPR RI Puan Maharani dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Baca Juga:Elektabilitas Anies Disebut Akan Menurun Setelah Tak Menjabat Gubernur, Pengamat: Itu Teori Alamiah

Sedangkan Partai Gerindra memiliki Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang juga sang ketua umum, serta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.

Partai Golkar memiliki Airlangga Hartarto. Untuk Partai Demokrat, Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono sangat berpotensi dan PKB lekat dengan sosok ketua umumnya, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, yang sudah gembar-gembor siap maju Pilpres 2024.

"Paling mungkin Anies-RK minimal harus meyakinkan PAN, Nasdem, PPP dan PKS. Cuma kan datang ke partai ini tidak hanya modal dan elektabilitas yang belum sampai dua digit ke atas. Apa yang bisa partai dapatkan andai mendukung Anies-RK? Tentu partai ini juga harus melihat hal-hal yang rasional. Apa yang bisa diberikan oleh Anies-RK dan apa yang diusung oleh partai," papar Adi.

Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menegaskan, untuk menyakinkan empat partai tersebut, tentu Anies-RK harus menjamin soal ongkos dan logistik Pemilu.

"Karena apapun judulnya, dalam Pemilu itu tentu partai membutuhkan operasional dan logistik yang enggak murah. Karena mesin partai itu kalau enggak ada bensinnya, enggak jalan," tegasnya.

Anies Baswedan dan Ridwan Kamil main bola bareng. (IG @aniesbaswedan & IG @ridwankamil)
Anies Baswedan dan Ridwan Kamil main bola bareng. (IG @aniesbaswedan & IG @ridwankamil)

Meski, kemudian Anies-RK mampu mencukupi operasional logistik untuk partai dalam Pemilu, keduanya tetap harus bersusah payah meyakinkan empat partai yang disebutkan di atas karena saat ini posisinya sebagai koalisi penguasa saat ini.

"Jadi kalau dihitung, agak rumit juga membayangkan duet keduanya di Pilpres 2024," ungkapnya.

Plus Minus Anies-RK

Adi menyebut, baik Anies maupun RK memiliki plus minus yang tak jauh berbeda. Jabatan sebagai gubernur membuat keduanya memiliki ceruk pemilih masing-masing di wilayahnya.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. [Tangkapan layar YouTube]
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. [Tangkapan layar YouTube]

Anies, lanjut Adi, memiliki kelebihan sebagai satu-satunya orang non pemerintah yang sedikit berbeda dengan nama-nama lain yang potensial maju. Kelebihan itu, harusnya dapat dikapitalisasi untuk meningkatkan elektabilitasnya.

"Minusnya Anies gagal juga mengkapitalisasi masyarakat yang anti pemerintah dan kecewa. Nyatanya kan elektabilitasnya cuma 11 persen. Begitu juga dengan Ridwan Kamil tak jauh berbeda," paparnya.

"Kekurangan lainnya bagi duet Anies-RK ya tadi, tak punya dukungan partai. Sementara itu partai enggak bisa hanya modal basa-basi dan ideal. Partai itu realistis, elektoral, goodwill effect. Kemudian logistik partai dan kekuatan politik enggak mungkin lillahi ta'ala saja bagi seseorang yang di luar partai mereka. Jangankan yang di luar, yang di dalam partainya aja ditanya apa bisa," pungkas Adi.

Kontributor : Wivy Hikmatullah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak