SuaraJakarta.id - Warga Marunda Jakarta Utara mengeluhkan krisis air bersih di wilayah mereka. Instalasi air yang telah terpasang kini terputus.
Arom, warga RT 08 RW 07 Marunda mengatakan, krisis tersebut sudah terjadi dalam sebulan terakhir.
Warga, kata Arom, terpaksa membeli air bersih yang dibanderol senilai Rp 1.500-2.000 per jerigen atau 20 liter.
Arom pun turut membeli air tersebut, karena untuk mencukupi kebutuhan air bersih di rumahnya hanya itu satu-satunya cara.
Baca Juga:Warga Marunda Kesulitan Air Bersih, NasDem Minta Pemprov DKI Tindak Perusahaan Penyedia Air
Dalam sehari, ia yang tinggal bersama istri dan seorang anaknya bisa menghabiskan 100 liter air bersih.
"Kita beli air ke pengecer. Jaraknya sekitar 1 kilometer. Dalam sehari kurang lebih bisa 100 liter, untuk mandi cuci kakus (MCK)," katanya, saat dihubungi SuaraJakarta.id—grup Suara.com—Jumat (20/5/2022).
Untuk menempuh jarak 1 kilometer, Arom biasanya menggunakan perahu sebagai moda transportasi mengangkut air bersih itu.
Sehingga untuk menutupi keperluan air bersih, ia harus menunggu air laut yang sedang pasang.
"Paling saya beli sehari sekali, beli pas air laut lagi pasang. Karena saya kan belinya pakai perahu. Tapi ada juga warga yang belinya pakai motor,” katanya.
Baca Juga:Bahaya! Ini 15 Kecamatan yang Rawan Kekeringan di DKI Jakarta, Terbanyak di Jakarta Pusat
Arom mengatakan, dalam sehari ia mengeluarkan biaya sebesar Rp 10-15 ribu hanya untuk air bersih.
Jika dikalkulasi, dalam 30 hari, maka pengeluaran Arom untuk kebutuhan air bersih di rumahnya sekitar Rp 300-450 ribu.
"Di sini pengecer gak cuma satu. Ada yang jual Rp 1.000-2.000," ungkapnya.
Arom mengatakan, terputusnya suplai air bersih di wilayahnya diduga akibat kerusakan instalasinya.
Namun jika memang benar terjadi kerusakan, tidak masuk dalam nalar jika penyelesaiannya dilakukan dalam kurun waktu sebulan lebih.
"Kalau menurut saya, kalau memang Aetra dan koperasi mau bekerja serius menangani instalasi, saya rasa gak sampai 1 bulan krisis air. Ini real masalah instalasi atau memang ada hal lain? Itu yang menjadi masalah," pungkasnya.
Kontributor : Faqih Fathurrahman