Berdasarkan perkembangan tersebut, inflasi DKI Jakarta untuk keseluruhan 2022 tercatat sebesar 4,21 persen secara tahunan (year on year/yoy).
"Meskipun demikian, inflasi tersebut masih relatif terkendali dan lebih rendah dibandingkan inflasi nasional di posisi 5,51 persen secara tahunan (yoy) maupun inflasi provinsi lainnya di Pulau Jawa," katanya.
Untuk kelompok makanan, minuman dan tembakau pada Desember 2022 mengalami inflasi sebesar 1,17 persen secara bulanan (mtm), sehingga menjadi penyumbang utama inflasi IHK DKI Jakarta dengan andil sebesar 0,25 persen.
Inflasi pada kelompok tersebut, terutama bersumber dari kenaikan harga beras, telur ayam ras, daging ayam ras, bawang merah dan minyak goreng sejalan dengan meningkatnya permintaan pada Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) Natal dan Tahun Baru.
Baca Juga:Perppu Cipta Kerja Diklaim Ciptakan Iklim Ketenagakerjaan Kondusif
Kelompok perumahan, air, listrik gas dan bahan bakar juga mengalami inflasi sebesar 0,84 persen secara bulanan (mtm) dan menjadi penyumbang terbesar kedua inflasi IHK dengan andil sebesar 0,17 persen.
Inflasi pada kelompok tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan harga pada komoditas kontrak rumah didorong oleh meningkatnya permintaan akan tempat tinggal sejalan dengan terus meningkatnya mobilitas masyarakat.
Adapun kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya juga turut menjadi penyumbang inflasi dengan inflasi sebesar 0,59 persen secara bulanan (mtm) dan andil sebesar 0,04 persen, yang didorong oleh kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan masih berlanjutnya kenaikan harga emas global.
Lebih lanjut, tekanan inflasi yang lebih tinggi di DKI Jakarta pada Desember 2022 tertahan oleh deflasi pada kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,15 persen secara bulanan (mtm). Hal itu disebabkan oleh penurunan harga power bank, serta penurunan harga cabai merah dan daging sapi dari kelompok makanan, minuman dan tembakau seiring dengan pasokan yang masih terjaga.