Mengenal Masjid Lautze, Tempat Pilihan Mualaf Tionghoa Perdalam Islam di Ramadhan

Masjid Lautze menjadi saksi bisu sebagai jembatan ribuan warga beretnis Tionghoa di Indonesia untuk mengenal Islam.

Rizki Nurmansyah
Minggu, 02 April 2023 | 05:05 WIB
Mengenal Masjid Lautze, Tempat Pilihan Mualaf Tionghoa Perdalam Islam di Ramadhan
Indira (43), ibu asal Bintaro, Tangerang Selatan, mengantarkan kedua putrinya menjadi mualaf di Masjid Lautze, Jakarta, Sabtu (1/4/2023). [ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari]

SuaraJakarta.id - Bagi warga Tionghoa di Jakarta yang telah menjadi mualaf, pastinya sudah tidak asing lagi mendengar nama Masjid Lautze. Ya, masjid tersebut menjadi saksi bisu sebagai jembatan ribuan warga beretnis Tionghoa di Indonesia untuk mengenal Islam.

Masjid Lautze didirikan oleh Yayasan Haji Karim Oei pada tahun 1991. Masjid yang kental dengan nuansa oriental ini diresmikan secara langsung oleh Presiden ke-3 RI BJ Habibie pada tahun 1994.

Kala itu, almarhum BJ Habibie mengemban tugas sebagai Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Pusat.

Masjid Lautze berlokasi di Jalan Lautze Nomor 87-89, Pasar Baru, Jakarta Pusat.

Baca Juga:Mengenal Masjid Lautze, Saksi Bisu Ribuan Etnis Tionghoa Hijrah Jadi Mualaf

Sekilas jika dilihat dari luar gedung, terlihat tak ada yang membedakan secara segi bangunan dengan gedung yang ada di sisi kanan dan kirinya.

Apalagi masjid tersebut tak memiliki kubah sebagaimana bangunan masjid di Indonesia pada umumnya.

Satu hal yang mencolok dibanding sisi kanan dan kiri gedung tersebut adalah ornamen berwarna merah, kuning, dan hijau yang mewarnai bangunan tersebut.

Sejarah Masjid Lautze

Sejarah berdirinya Masjid Lautze tak lepas dari sosok Oei Tjeng Hien. Atau yang lebih dikenal dengan Karim Oei. Latar belakang Karim Oei adalah keturunan etnis Tionghoa.

Baca Juga:Masjid Lautze Ditutup Sementara di Masa PSBB

Ia lalu memutuskan menjadi mualaf hingga akhirnya benar- benar mencintai Islam serta mendedikasikan hidupnya untuk Tanah Air Indonesia.

Bangunan Masjid Lautze yang berbaur dengan kompleks ruko pecinan di Jalan Lautze nomor 87- 89, Pasar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (11/2/2021). [ANTARA/Livia Kristianti]
Bangunan Masjid Lautze yang berbaur dengan kompleks ruko pecinan di Jalan Lautze nomor 87- 89, Pasar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (11/2/2021). [ANTARA/Livia Kristianti]

Karim Oei juga pernah menjadi tokoh kenamaan di Muhammadiyah pada eranya. Ia pun sempat menjadi penanggung jawab operasional Masjid Agung Istiqlal saat menjadi pimpinan harian pada era 1970-an.

Saat Karim Oei wafat, untuk mengenang sosoknya yang berpengaruh, maka didirikanlah sebuah badan hukum sosial bernama Yayasan Karim Oei oleh rekan sejawatnya.

Termasuk salah satu pendirinya adalah Ali Karim Oei, putra Karim Oei.

Awalnya, Masjid Lautze berdiri di sebuah ruko sewaan untuk operasional Yayasan Karim Oei. Fungsinya sebagai wadah pusat informasi untuk warga Tionghoa mengenal Islam.

Tahun demi tahun berganti, dorongan serta dukungan menghadirkan tempat ibadah di kawasan pecinan itu pun akhirnya tumbuh.

"Alhamdulillah dalam perkembangannya, pemilik ruko menawarkan kami untuk membeli gedung ini dibanding menyewa. Sempat kebingungan juga pengurus untuk cari donatur mendanai pembelian lokasi ini, namun akhirnya jawaban bantuan datang dari BJ Habibie yang kala itu menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi (Menristek). Dia beli rukonya dan dihibahkannya ruko ini kepada Yayasan Karim Oei," kata Yusman menceritakan latar belakang pembangunan Masjid Lautze.

Terkait pemilihan warna hingga bentuk Masjid Lautze yang terkesan mirip atau mengikuti ornamen Klenteng, rupanya memang sebuah kesengajaan.

Pengurus Masjid Lautze ingin agar warga beretnis Tionghoa yang baru mau mengenal Islam saat bertandang ke gedung empat lantai tersebut tidak merasa canggung.

Ornamen kaligrafi ayat kursi dengan aksara China di Masjid Lautze Pasar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (11/2/2021). [ANTARA/Livia Kristianti]
Ornamen kaligrafi ayat kursi dengan aksara China di Masjid Lautze Pasar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (11/2/2021). [ANTARA/Livia Kristianti]

Untuk interior ruangan bagian dalam masjid didominasi warna putih. Setiap sisi tembok diberi ornamen lis kayu berwarna merah yang dibentuk menyerupai kubah.

Tidak hanya melakukan penyesuaian dari segi warna, berbagai ornamen khususnya kaligrafi dengan aksara Mandarin pun cukup banyak menghiasi bagian dalam gedung.

Ornamen kaligrafi dengan aksara China didapatkan secara sporadik. Ada yang merupakan hasil buah tangan dari pengunjung yang datang dan ada juga yang dibawa langsung oleh Ali Karim Oei.

Terbukti dengan penyesuaian yang dilakukan Masjid Lautze itu, semakin banyak warga Indonesia beretnis Tionghoa yang berkunjung dan mulai belajar mengenal Islam hingga memutuskan mengambil keputusan jadi mualaf.

Mualaf Tionghoa Perdalam Islam

Kekinian Masjid Lautze, Jakarta Pusat, menjadi pilihan warga Tionghoa yang ingin mualaf untuk mendalami ajaran Islam karena mereka merasa nyaman di tengah komunitasnya.

Bahkan momentum Ramadhan menjadi pilihan mereka untuk menyatakan diri sebagai Muslim dengan bersyahadat di Masjid Lautze.

"Mereka merasa tidak asing dan nyaman. Ketika masuk ke sini ya mereka tidak merasa datang ke masjid, seperti datang ke Klenteng saja. Ornamen-ornamennya juga mendukung, banyak kaligrafi-kaligrafi yang langsung kami datangkan dari Tiongkok," kata Humas Masjid Lautze Yusman Iriansyah yang ditemui di masjid tersebut, Sabtu (1/4/2023).

Suasana di Masjid Lautze, Jakarta, Minggu (12/5). [Suara.com/Oke Atmaja]
Suasana di Masjid Lautze, Jakarta, Minggu (12/5). [Suara.com/Oke Atmaja]

Yusman mengatakan, banyak orang Tionghoa yang merasa nyaman menjadi mualaf di Masjid Lautze. Karena banyak saudara dan komunitas di sana, juga merasa sama-sama baru menjadi mualaf, sehingga mereka tidak merasa malu dan canggung.

Seperti di hari ke-10 Ramadhan 1444 H, tiga orang menjadi mualaf di Masjid Lautze.

"Memang kalau Ramadhan lebih ramai, tiap minggu bisa lebih dari lima orang, kalau hari biasa mungkin hanya sekitar dua sampai tiga orang. Sebagian besar memang datang dari keturunan Tionghoa," kata Yusman.

Yusman menambahkan, Masjid Lautze menyediakan pengajar bagi mualaf yang mau belajar mengaji dan mendalami Islam. Seringkali juga ada beberapa relawan yang datang secara sukarela untuk membantu.

Seorang warga bernama Indira (43) mengaku datang ke Masjid Lautze untuk mengantarkan kedua putrinya, Putri (14) dan Puan (16) menjadi mualaf.

"Kebetulan suami saya non-muslim, tetapi kedua anak saya sudah terbiasa shalat dan mengaji, dan setelah dewasa mereka baru saya tanya dengan serius, apakah merasa terpaksa atau tidak. Alhamdulillah mereka sudah merasa nyaman dan teguh untuk masuk Islam," ujar Indira.

Indira juga mengatakan, Masjid Lautze merupakan salah satu tempat ibadah yang membuatnya sadar jika budaya bisa menyatu dengan agama.

Masjid Lautze selama Bulan Ramadhan juga menyelenggarakan buka bersama tiap seminggu sekali dengan mengundang jamaah mualaf dari seluruh Jabodetabek.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini