- Pengamat energi Ali Ahmudi menilai hilirisasi timah di Indonesia sudah memasuki fase penting bagi industrialisasi nasional.
- Hilirisasi yang dilakukan PT Timah menunjukkan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki kemampuan teknis dan kapasitas industri untuk menghasilkan produk bernilai tambah tinggi.
- Kenyataan bahwa hanya segelintir perusahaan yang berhasil membangun fasilitas hilir membuktikan bahwa ekosistem hilirisasi timah Indonesia belum terbentuk secara optimal.
Menurutnya, Indonesia berpotensi menjadi pusat industrialisasi material berbasis timah apabila hilirisasi dijadikan agenda nasional bersama MIND ID sebagai lokomotifnya.
"MIND ID punya mandat besar. Dukungan terhadap PT Timah itu kunci. Kalau hilirisasi timah didorong sebagai bagian dari industrialisasi domestik, rantai pasok elektronik, otomotif, energi, semuanya bisa tumbuh di dalam negeri," ujarnya.
Ia menekankan keberhasilan hilirisasi timah akan bergantung pada empat pilar utama; penjaminan pasokan legal dan berkelanjutan, peningkatan kualitas produk dan teknologi proses, pembangunan ekosistem industri domestik yang kuat, serta penempatan positioning global melalui standar ESG dan inovasi.
Tanpa itu, Indonesia akan terus berada di posisi sebagai pemasok bahan mentah meskipun cadangannya termasuk terbesar di dunia.
"Tin solder dan tin chemical adalah langkah awal. Transformasi lebih besar masih harus dibangun. Kalau kebijakan fiskal diperkuat, insentif diperjelas, dan ekosistem industrinya dipercepat, Indonesia bisa naik kelas dan memainkan peran global," tegasnya.
Ali menambahkan bahwa hilirisasi timah harus diperlakukan bukan sebagai program sektoral, tetapi sebagai prioritas industri nasional.
Ia menilai MIND ID dapat menjadi pengungkit utama yang memimpin konsolidasi ekosistem, memperkuat rantai pasok, serta mendorong tumbuhnya permintaan domestik.
"Dengan peran MIND ID yang semakin strategis, hilirisasi timah ini bisa menjadi fondasi industrialisasi Indonesia. Ini momentum besar yang tidak boleh hilang," ujarnya.