Scroll untuk membaca artikel
Bimo Aria Fundrika
Jum'at, 20 November 2020 | 05:15 WIB
Rumah Makan Gratis Uwais, Gratis Makan Setiap Hari Tanpa Syarat. . (Suara.com/Ridsha Vimanda Nasution)

SuaraJakarta.id - Rumah makan uwais gratis belakangan menjadi sorotan. Diketahui bahwa ternyata rumah makan gratis itu adalah milik dari Tito Abdullah.

Rumah makan ini memberikan makanan kepada semua orang dengan cuma-cuma alias gratis. Rumah makan tersebut berlokasi di Jalan Raya Balaraja-Kresek, Kecamatan Sukamulya, Kabupaten Tangerang, Banten.

Lokasi rumah makan itu persis dipinggir jalan, tepatnya bersebelahan dengan SDN 1 Merak, Kabupaten Tangerang.

Di Depan rumah makan itu, tampak seorang pria sedang berdiri sambil mengatur kumpulan orang-orang yang mengantre mau makan.

Baca Juga: Warung Makan Rakyat Gratis di Depok

Dia mengaku bernama Sony Darsono, pria yang ternyata adalah keluarga dari Tito Abdullah, pemilik rumah makan gratis uwais.

"Mau makan mas, silahkan duduk di sini ikut antre dengan yang lain. Tapi duduknya tetap jaga jarak yah," ujarnya saat memulai bincang-bincang dengan SuaraJakarta.id, di lokasi, Kamis (19/11/2020).

Rumah Makan Gratis Uwais, Gratis Makan Setiap Hari Tanpa Syarat. (Suara.com/Ridsha Vimanda Nasution)

Dalam kesempatan itu, Sony pun menjelaskan banyak tentang rumah makan gratis uwais, mulai dari namanya hingga alasan mengapa rumah makan itu digratiskan.

"Tito itu adalah adik dari istri saya. Dan rumah makan ini adalah milik keluarga yang dibangun dengan tujuan untuk ibadah. Tidak ada yang lain," ungkapnya.

Sony menyatakan, membuat rumah makan gratis bermula dari ide adik iparnya itu, yakni Tito. Dia memiliki ide tersebut saat sedang melaksanakan ibadah umrah di Mekkah, tahun lalu.

Baca Juga: Mantap, Warung Ini Kasih Promo Makan Gratis Buat yang Namanya Bu Tejo

Saat itu, Tito melihat terdapat rumah makan yang memberikan makanannya dengan gratis kepada semua orang yang berada di tanah suci.

"Dari situlah kemudian Tito ngomong sama keluarga termasuk saya, bagaimana kalau rumah makan gratis itu diterapkan di Indonesia," paparnya.

Mendengar ucapan Tito, Sony mengaku bersama keluarga sempat kaget dengan ide tersebut. Sebab, hal itu dikhawatirkan hanya akan bertahan sebentar.

"Ide itu muncul dari Tito setengah tahun lalu (awal tahun 2020). Masih ingat ucapan saya, apa ide itu sudah dipikirkan matang dan niat yang kuat. Jangan sampai nantinya putus ditengah jalan," sebutnya.

"Dia (Tito) kemudian menjawab, iyak aku yakin dan makanya minta pendapat serta saran dari kalian semua," sambungnya yang menirukan ucapan Tito.

Akhirnya, Sony menyebut, keluarga sepakat dengan usulan Tito tersebut dan membantunya untuk merealisasikan rumah makan gratis tersebut.

Kemudian, Sony melanjutkan, perundingan rumah makan gratis itu pun tidak hanya sekali atau dua kali. Namun, perundingan dilakukan berkali-kali.

"Kita memikirkan lokasi rumah makan, konsepnya, hingga nama dari rumah makan itu sendiri. Cukup panjang perundingannya," katanya.

"Perundingan yang cukup panjang dampaknya. Karena rumah makan ini dibangun, jangan sampai niat ibadah justru menjadi riya, dan ingin dipuji," sambungnya.

Selain itu, Sony mengungkapkan, keluarga juga memikirkan persoalan nama setelah kalimat dari rumah makan gratis. Akhirnya sepakat memilih nama uwais.

Nama uwais diambil dari seorang pemuda yang hidup di zaman Nabi Muhammad SAW, yakni Uwais Al-Qarni. Uwais berasal dari penduduk Qarn, wilayah Arab Saudi dekat perbatasan di Yaman.

"Uwais itu adalah hidup di zaman Nabi Muhammad. Dia pemuda yang selalu berbakti kepada orang tua tanpa pamrih. Akhirnya nama itu digunakan agar rumah makan ini bisa terbangun seperti sifatnya," imbuhnya.

Setelah nama itu sudah ditentukan, Sony mengaku, keluarga mencari lokasi yang tepat untuk dibangun rumah makan gratis uwais tersebut.

"Kami sosialisasi ke masyarakat sekaligus survei berbagai lokasi sampai berbulan bulan. Akhirnya ditentukan di Jalan Raya Balaraja Kresek," paparnya.

"Pertimbangan lokasi itu karena masyarakat sekitar juga mendukung. Meskipun awalnya mereka ragu, tapi kami jelaskan bahwa ini murni untuk ibadah akhirnya didukung," lanjutnya.

Bangunan rumah makan gratis uwais berdiri di sebuah ruko yang berukuran luas bangunan 30 X 60 meter luas tanah. Di depan ruko terdapat halaman buat parkiran kendaraan.

Alhasil, tepat pada hari Jumat 4 September 2020 rumah makan gratis uwais dibuka pertama kali.

"Ruko ini kita kontrak selama dua tahun dengan harga Rp 45 juta. Selama dua tahun itu mudah-mudahan kita masih terus istiqomah (konsisten)," pungkasnya.

Rumah makan gratis tersebut dibuka dari pukul 10.30 WIB hingga 16.30 WIB. Namun, Sony menuturkan, selama nasi belum habis, rumah makan tetap buka.

"Jadi kami tutup jam setengah lima sore. Itu biasanya nasi masih cukup banyak, kemudian kami siapkan lauknya lagi dan buka lagi selang setengah jam," sebutnya.

"Maksimal sampai jam 8 malam itu sudah tutup. Kami kan harus persiapkan buat besok lagi karena bukanya setiap hari," sambungnya.

Setiap hari, Sony menyebut, sedikitnya menyiapkan 400 porsi makanan. Terkadang bisa lebih dari itu jika sedang ramainya orang.

"Bisa lebih kadang dari 400 porsi.  Kalau lagi ramai banget. Karena kita memperbolehkan orang yang makan di sini, juga dibungkus untuk keluarganya," paparnya.

"Meskipun selalu ramai, kita selalu mengedepankan protokol kesehatan dengan meminta setiap orang yang kesini memakai masker dan cuci tangan," tuturnya.

Sony mengaku, keluarga terlebih adik iparnya tidak ingin rumah makan yang dibangun melanggar aturan dari pemerintah atau menjadi klaster penyebaran virus Covid-19.

"Rumah makan ini dibantu lima orang keluarga, termasuk istri saya. Kemudian kita membayar dua orang tukang masak. Sementara kalau Tito terkadang kesini karena dia tinggalnya di Jakarta," sebutnya.

Dia berharap, rumah makan gratis uwais bisa terus bertahan hingga tanpa batas waktu. "Kalau kontrak dua tahun habis, jika Allah SWT berkehendak dilanjutkan, kenapa tidak," tutupnya. 

Kontributor : Ridsha Vimanda Nasution

Load More