Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Senin, 28 Desember 2020 | 20:23 WIB
Suasana Masjid Kali Pasir di Kelurahan Sukajadi, Kota Tangerang, Senin (28/12/2020). [Suara.com/Hairul Alwan]

SuaraJakarta.id - Masjid Jami Kali Pasir di Jalan Raya Merdeka No 1, Sukajadi, Kota Tangerang, menjadi saksi sejarah peradaban Islam di Kota Benteng atau Kota Tangerang.

Masjid di pesisir Sungai Cisadane itu didirikan tahun 1576. Tak hanya sebagai tempat ibadah, namun juga menjadi tempat bagi pensiar agama Islam ke Kota Tangerang.

Akses masuk ke Masjid Jami Kali Pasir memang tidak begitu mudah. Jika masuk dari area Pasar Lama Kota Tangerang, tepatnya melintasi depan Pendopo Bupati Tangerang, pengunjung harus masuk gang dengan lebar sekira 3 meter yang menyebabkan jika mobil berpapasan harus bergantian untuk melintas.

Begitu menemui bangunan Klenteng Boen Tek Bio di bagian kiri, sekira 10 meter pengunjung bakal menemukan gang dengan lebar sekira 1 meter yang hanya bisa dilalui motor ataupun berjalan kaki.

Baca Juga: Cara Memandikan Jenazah dengan Tubuh Tak Utuh Menurut Agama Islam

Sementara, untuk menuju Masjid Jami Kali Pasir dari Jalan Kali Pasir pengunjung hanya bisa memarkirkan kendaraan di pinggir jalan. Lalu berjalan kaki menuju masjid melalui lima anak tangga menurun.

Pantauan SuaraJakarta.id—grup Suara.com—pada bagian depan masjid berwarna dominan hijau itu, tampak ada puluhan kuburan yang kabarnya merupakan tempat pemakaman para pembawa Islam di Kota Tangerang.

Pada bagian tembok depan tertulis Masjid Jami Kali Pasir dengan tulisan timbul berwarna hijau.

Suasana Masjid Kali Pasir di Kelurahan Sukajadi, Kota Tangerang, Senin (28/12/2020). [Suara.com/Hairul Alwan]

Masjid yang berdiri pada zaman pendiri Kesultanan Banten Maulana Hasanuddin itu menjunjung fisik Kerajaan Pajajaran. Kerajaan ini memiliki pengaruh kuat dalam penyebaran Islam di Jawa Barat.

"Ini adalah petilasan, tempat bertapa dari seorang ulama bernama Ki Engger Jati. Mereka adalah orang-orang dari keluarga besar Kerajaan Galuh Kawalih," kata mantan Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Kali Pasir, Ahmad Sjahrodji, Senin (28/12/2020)

Baca Juga: Hukum Mengucapkan Selamat Natal dalam Islam, Boleh atau Tidak?

Menurut pria berusia 69 tahun ini, Cisadane yang dulunya merupakan sarana transportasi dari arah Bogor ke bagian utara Jawa Barat memberikan sumbangsih penyebaran Islam yang berasal dari Padjadjaran.

"Masjid Kali Pasir ini pun dibangun sebagai persinggahan para ulama utusan Kerajaan Pajajaran," tuturnya.

Sebagai tempat bertapa, masjid yang berdampingan dengan kelenteng tertua di Tangerang Boen Tek Bio ini awalnya berbentuk bangunan sederhana, seperti tempat singgah atau bale bambu.

"Setelah tahun 1608, petilasan (tempat singgah—red) berlantai tanah hitam dengan empat tiang pancang dari kayu kelapa beratap daun kelapa itu diperbaiki," ungkapnya.

Kata Sjahrodji, para pendiri Masjid Kali Pasir merupakan pimpinan Kota Tangerang pada masa itu.

Salah satunya adalah Temanggung Paku Wijaya yang memperbesar bangunan Masjid Kali Pasir pada 1671.

Sejumlah warga menjalani salat berjamaah di Masjid Kali Pasir, Kelurahan Sukajadi, Kota Tangerang, Senin (28/12/2020). [Suara.com/Hairul Alwan]

Saat ini, masih terlihat, empat tiang utama bangunan masjid dengan bahan kayu yang terpancang rapi.

Keempat kayu berwarna hitam tersebut kini diberikan kerangka besi di bagian luar bercat kuning keemasan.

"Itu besi untuk berjaga-jaga kalau kayu keropos," jelas Sjahrodji.

Harmonisasi Antar Agama

Seiring waktu, Kota Tangerang terus berganti kepemimpinan. Hal tersebut juga tercatat dalam sejarah pembangunan Masjid Kali Pasir.

"Saat pembangunan menara masjid sentuhan ornamen bercorak Tionghoa dihadirkan. Corak merah dengan bentuk pagoda di masjid dibuat sebagai bentuk harmonisasi antar agama dan etnis yang berdampingan di wilayah yang sama,” urainya.

Masjid Kali Pasir sudah hampir 400 tahun berdampingan dengan Kelenteng Boen Tek Bio.

“Masjid ini pernah digunakan untuk tempat dapur umum keturunan China sini,” ujarnya.

Tak hanya pada masa pendudukan Belanda, etnis Tionghoa diterima di Kampung Sukajadi, tempat Boen Tek Bio dan Masjid Kali Pasir berada.

"Saat kerusuhan 1998 juga banyak etnis Tionghoa yang berlindung di kampung ini," pungkasnya.

Sejumlah warga menjalani salat berjamaah di Masjid Kali Pasir, Kelurahan Sukajadi, Kota Tangerang, Senin (28/12/2020). [Suara.com/Hairul Alwan]

Pemugaran Masjid

Sementara itu, warga RW 04 Sukasari Sadeli mengungkapkan, Masjid Kali Pasir terakhir dipugar pada tahun 2002 untuk memperkokoh bangun. Tapi tetap berusaha mempertahankan bentuk asli masjid.

Misalnya bentuk kubahnya, bentuk menara dan 4 tiang kayu yang telah berusia ratusan tahun tersebut.

"Dulu waktu pemugaran, ternyata ada tiang yang menggantung atau tidak kena bumi lagi. Tapi kalaupun begitu masjid tetap berdiri kokoh, padahal pondasi masjid juga hanya pasir dan batu kali saja," jelasnya.

Kini setiap tiang kayu tua yang sebagiannya sudah dimakan usia diperkuat dengan empat buah besi sekeliling yang telah dilas membantu menopang bangunan masjid.

"Tiang-tiang itu masih dipertahankan sampai sekarang, karena menjadi ciri masjid ini," urainya.

Kontributor : Hairul Alwan

Load More