Paling banyak, Rodiah mengaku bisa mendapatkan Rp 100 ribu sehari. Sedangkan paling sedikit bervariasi. Kadang Rp 50 ribu bahkan hanya Rp 10 ribu.
"Sepi mas, seharian keliling juga dapatnya cuma segini nih. Paling Rp 10 ribuan kalau di kilo. Nggak tentu, karena harganya juga nggak tentu," akunya.
Dengan penghasilan itu, dia harus bertahan menghidupi dirinya dan keponakannya yang yatim piatu.
Belum lagi dia harus membayar cicilan smartphone sebesar Rp 300 ribu setiap bulannya, agar keponakannya bisa belajar secara daring.
Mirisnya, dia dan keluarganya tak pernah mencicipi manisnya bantuan dari pemerintah. Baik berupa bantuan sosial (bansos) maupun jaring pengaman sosial.
"Dari awal saya enggak dapat bantuan, enggak pernah dapat. Karena saya orang merantau, jadi namanya enggak ditulis di sananya kali. Sama RT juga enggak. Padahal butuh banget ini. Apalagi ini anak sekolahnya online, sampai ngutang beli HP Rp 300 ribu per bulan, temponya 10 bulan. Buat makan aja kadang susah, tapi ya mau bagaimana," papar wanita 48 tahun itu.
Rodiah nekat tetap keliling menjadi pemulung di tengah pandemi Covid-19 lantaran untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
"Takut mah takut. Jangan sampai enggak kena corona, tapi mati kelaparan," pungkas Rodiah menggunakan masker.
Menurutnya, ada enam gerobak yang biasa mulung dan istirahat di satu lapak bersama dirinya. Mereka rata-rata satu keluarga—orang tua dan anak.
Baca Juga: Heboh Paket Valentine Isi Cokelat dan Kondom, Satpol PP Tangsel: Belum Nemu
Tetapi, saat Suara.com ke lokasi, kebetulan keluarga gerobak lainnya sedang libur.
Di samping Rodiah, ada Nengsih. Wanita berusia 35 tahun itu juga mengajak anaknya ikut mulung. Mulai dari usia 15 tahun, 11 tahun dan paling kecil 4 tahun.
Nengsih mengaku terpaksa memulung karena tak lagi memiliki penghasilan sejak pandemi Covid-19.
"Saya mulung mulai pandemi aja. Tadinya ngurusin anak, tapi suami nganggur. Kontrakan kan harus dibayar juga Rp 600 sebulan, butuh makan juga," katanya.
Dia terpaksa mengajak ketiga anaknya agar membantu mendapatkan penghasilan di tengah wabah Covid-19.
"Khawatir mah khawatir mas. Cuma bagaimana, kita butuh makan. Suami juga nganggur, daripada kelaparan, kita akhirnya mulung," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Pantau Bansos PKH-BPNT 2025 Lewat SIKS-NG: Cek Status dan Pencairan Dana Kemensos
-
2 Cara Cek dan Daftar DTKS Online untuk Mendapatkan Bansos Pemerintah
-
Cara Cek Status Bantuan Sosial (Bansos) Melalui SIKS-NG
-
Cara Ambil Bansos Rp900 Ribu di Kantor Pos, Bisa Diwakilkan Asal Bawa KTP dan KK
-
Status "SI" di SIKS: Apakah Dana Bansos Sudah Bisa Transfer Rekening?
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 7 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Alpha Arbutin untuk Hilangkan Flek Hitam di Usia 40 Tahun
- 7 Pilihan Parfum HMNS Terbaik yang Wanginya Meninggalkan Jejak dan Awet
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
Terkini
-
Divonis 4 Tahun Penjara, Nikita Mirzani Dipeluk Oky Pratama Dan Sebut Akan Banding
-
Alasan Sandra Dewi Mendadak Cabut Gugatan Keberatan Penyitaan Aset
-
Menkeu Purbaya Akui Songong di Awal Jabatan: Dirujak Satu Hari Saya
-
Skill Bahasa Inggris Prabowo Bikin Trump Terpukau, Jokowi Jadi Perbandingan
-
Si 'Koboy' Purbaya Dinilai Akan Jadi Menteri Keuangan Yang Langgeng di Era Prabowo