Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Minggu, 17 April 2022 | 17:40 WIB
Mushaf Al Quran Braile produksi Yayasan Raudlatul Makfufin, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). [Suara.com/Wivy Hikmatullah]

"Jadi awalnya kami membuka pengajian dari rumah ke rumah, lalu dibentuklah yayasan pada 26 November 1983. Kami merasa Al Quran braile itu masih jarang, tunanetra mau mendapatkan Quran braile itu susah sehingga kita berinisiatif membuatnya," katanya kepada SuaraJakarta.id, beberapa waktu lalu.

Setelah mendapat pinjamam peralatan yang mumpuni, yayasan tunanetra itu kemudian mulai mencetak secara massal Quran braile hingga 1.000 buah pesanan dari Kementerian Agama pada tahun 2000-an.

Abjad braile Arab untuk dipakai dalam produksi mushaf Al Quran Braile di Yayasan Raudlatul Makfufin, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). [Suara.com/Wivy Hikmatullah]

Tembus Mancanegara

Singkat cerita, saat ini tercatat sudah ada 10.000 quran braile yamh dicetak oleh Yayasan Raudlatul Makfufin. Beberapa tahun lalu, bahkan quran braile mulai tembus ke mancanegara. Quran braile dengan terjemahan bahasa Inggris dikirim ke Jepang, Australia hingga Afrika Selatan.

Baca Juga: Kucing-kucingan Buka Saat Ramadhan, 4 Tempat Hiburan Malam di Tangsel Digerebek

"Saat ini sudah lebih mencetak 10.000 Quran braile ke Nusantara. Selain itu juga sudah tersebar ke luar negeri yakni ke Afrika Selatan, Singapura, Australia, hingga Jepang cetak Quran braile terjemah Bahasa Inggris," papar Diah.

Saat ini, Yayasan Raudlatul Makfufin sudah memiliki empat model Al Quran braile yang diproduksi. Mulai dari yang terjemah, tanpa terjemah, hingga model 3 juz dalam 1 buku, serta 1 juz satu buku. Proses produksinya pun dilakukan secara mandiri.

"Ada tiga mesin print, kemudian ada mesin pemotong, setelah itu ada mesin untuk penjilidan. Produksi dilakukan oleh para pekerja yang awas atau dapat melihat karena berkaitan dengan file-file dan alat-alat sehingga tak ada kekeliruan," paparnya.

Lebih lanjut Diah menuturkan, untuk satu mushaf Al Quran braile di pasaran dihargai hingga Rp 2 juta lebih. Tetapi di yayasannya quran braile hasil produksinya itu kemudian dibagikan secara gratis ke setiap tunanetra yang membutuhkan di setiap penjuru nusantara. Tetapi, kadang pihaknya terkendala biaya pengiriman.

"Dibagikan gratis, ada program wakaf untuk membantu tunanetra. Di pasaran itu dengan terjemah Rp 2 juta lebih. Sekarang kendala kita ongkos kirim, kita tetap mencari donatur karena misalnya kirim ke Makassar biaya Rp 700 ribu, jadi kami harus mencari donatur untuk pengiriman," tuturnya.

Baca Juga: Petasan Sasar Bensin di Warung Kelontong, Warteg dan Rumah Hangus Terbakar di Tangsel

Petugas tengh memproduksi mushaf Al Quran Braile produksi Yayasan Raudlatul Makfufin, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). [Suara.com/Wivy Hikmatullah]

Diah berharap, hadirnya Yayasan Raudlatul Makfufin dapat membantu para penyandang tunanetra melampaui keterbatasannya dan tetap mampu membaca Al Quran sebagai pedoman dan cahaya hidup umat Islam.

Load More