Scroll untuk membaca artikel
Bangun Santoso | Faqih Fathurrahman
Senin, 05 Agustus 2024 | 19:11 WIB
Akses jalan menuju rumah salah satu warga di Cililitan ditutup tetangga. (bidik layar video)

SuaraJakarta.id - Puji Rahayu (49), warga RT 9/9, Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur hanya bisa mengelus dada atas ulah tetangganya sendiri. Akses jalan menuju rumahnya ditutup oleh sang tetangga.

Adapun peristiwa penutupan jalan ini terjadi pada Minggu (4/8/2024).

Puji mengatakan, penutupan jalan itu bermula pada 4 Februari lalu. D, tetangganya tiba-tiba ingin menutup akses jalan dengan menemboknya menggunakan bata hebel. Alasan penutupan lantaran D ingin membuat kontrakan.

“Saya tanya dong sama si pemilik, 'kenapa? Ada masalah apa sama saya? Sana keluarga saya?', 'enggak ada', 'terus kenapa ditutup?', 'enggak apa-apa, mau tutup saja, mau buat kontrakan', 'oh gitu, kapan buatnya?', 'enggak tahu, pokoknya mau ditutup saja',” kata Puji, menirukan percakapan antara dirinya dengan D selaku pemilik lahan, Senin (5/8/2024).

Baca Juga: Warga Meruya Selatan Turunkan Spanduk Penolakan Penutupan Jalan Haji Gudig, Ketua RT: Sudah Clear, Cuma Misskom

Kebetulan, saat itu Puji tak mau terlalu ambil pusing lantaran saat itu ia menjadi petugas dalam Pemilu lalu.

Menurut dia, pada saat itu, pemilik lahan hanya menutup sebagian akses jalan. Sehingga ia bersama keluarganya yang lain masih tetap bisa mondar-mandir meski kendaraannya tidak bisa masuk ke dalam pelataran rumah.

“Kendaraan kita semua enggak bisa masuk. Akhirnya ditaruh di luar semua,” katanya.

Namun, pada hari Minggu (4/8/2024), tetangganya mulai menutup seluruh akses jalan tersebut.

Selama ini, Puji telah meminta agar pihak RT, RW untuk melakukan mediasi soal hal ini. Terlebih kini, satu-satunya akses jalan ia keluar-masuk diblok total.

Baca Juga: Warga Meruya Protes Rencana Penutupan Jalan Haji Gudig oleh Pengembang Perumahan

Akibat penutupan ini, Puji mengaku, harus numpang lewat ruang tengah rumah saudaranya yang berada di sampingnya.

Amanat Kong Ali

Puji menuturkan, tetangganya yang melakukan penutupan akses jalan merupakan menantu dari Kong Ali, selaku pemilik lahan.

Ia bercerita, dahulu tampak depan rumah Puji mengahadap belakang. Teras rumahnya dulu merupakan kamar mandinya.

“Engkong Ali bilang ke Bapak saya yang almarhum, 'lu lewat sini saja', karena ini dulu masih tanah kosong. 'Memangnya boleh, Kong?', 'ya enggak apa-apa lagi', 'ya sudah, enggak apa-apa, kan buat amal jariah gue',” kata Puji menirukan ucapan Kong Ali.

Puji mengatakan, sempat melaporkan ke Kong Ali saat akses jalan rumahnya ditutup. Namun Kong Ali cuma memastikan jika akses jalannya tidak akan ditutup.

“Pas mau ditutup, kita ke rumahnya nih, 'kong, bagaimana nih sudah mau ditutup?', 'enggak, enggak apa-apa, enggak bakal ditutup itu'. Ya kita percaya saja dong omongan orang tua dulu,” katanya.

“Dia kan pemilik, masa iya kita harus paksa, 'minta suratnya kong, buat hitam di atas putih', kan enggak mungkin juga kita paksain orang. Dikasih jalan, kita sudah Alhamdulillah,” tambahnya.

Puji mengaku, ia tinggal di rumahnya saat ini sejak tahun 1973. Ketentraman yang selama ini ia rasakan sirna hanya karena ego dari seorang tetangganya.

“Ibu saya di sini dari tahun 73, saya sudah 49 tahun. Dari kecil saya di sini. Ibaratnya dari bayi di sini,” tandasnya.

Load More