SuaraJakarta.id - Salah seorang pedagang mainan di Pasar Gembrong, Jakarta Timur, Runi menilai pemerintah faktor utama penyebab sepinya penjualan di musim lebaran Idul Fitri 1446 Hijriah. Runi menganggap pemerintah gagal menjaga daya beli masyarakat.
Runi mengatakan dalam beberapa tahun terakhir penjualan mainan di toko KIM Toys miliknya merosot hingga 90 persen dibandingkan tahun 2019 sebelum pandemi Covid-19. Bahkan, ia menyebut 70 persen toko mainan di Pasar Gembrong telah tutup.
"Pokoknya saya salahin pemerintah. Akarnya pemerintah. Duit gak ada di masyarakat, daya beli kecil," ujar Runi kepada Suara.com, Kamis (3/4/2025).
"70 persen mas udah pada tutup (toko mainan di Pasar Gembrong). Paling tinggal ngabisin durasi kontrakan saja. Kalau saya masih untung karena punya (toko) sendiri," lanjutnya.
Runi menyebut penjualan mainan tak pernah selesu ini seumur hidupnya. Ia mengaku sudah membantu orang tuanya berjualan sejak kecil.
Bahkan, saat pandemi Covid-19 mainan yang dijual lebih laku. Hal ini diduganya karena keluarga dianjurkan tetap di rumah dan penjualan bisa dilakukan secara daring alias online.
"Corona malah mendingan. Dulu kan pada di rumah kan ya. Jadi pada beli mainan," jelas Runi.
Kondisi semakin parah dalam dua tahun belakangan ini. Ia bahkan terpaksa merumahkan lima dari enam karyawannya yang bekerja dengannya.
"Sekarang kerja bertiga saja sama suami saya. Lima orang balik kampung, malah ada yang milih kerja di luar negeri. Bener kali ya sekarang mah mending tinggal di luar (negeri) saja," jelasnya.
Runi juga menyinggung kebijakan pemerintah yang kini membagikan bantuan lewat kartu. Apalagi kebijakan ini juga membatasi penggunanaan bantuan sosial untuk keperluan tertentu.
"Dulu era Pak SBY (Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono), tiap bantuan cair pasti toko mainan ramai," tutur Runi.
"Sekarang pemerintah ribet bantuan dikartuin. Kan kebutuhan orang beda-beda. Jadi gak ngefek. Biasanya ada duit begitu kita juga kena jadi rame," ungkap Runi.
Karena itu, ia mendesak pemerintah untuk mengeluarkan kebaikan yang memperkuat perekonomian. Daya beli masyarakat juga tak cukup hanya sampai di bahan pokok saja.
"Orang sekarang lebih milih perut daripada mainan. Tapi kan gimana kan kita jualnya mainan bukan beras. Kalau masyarakat beli mainan gak mampu berarti kan ada yang salah," pungkasnya.
Keluh Pedagang
Berita Terkait
-
Pemerintah Prancis Puji Polisi yang Cepat Tangkap Pelaku Penjambret Warganya
-
Pasar Kreatif Bisa Jadi Pilihan Ngabuburit di Jakarta Akhir Pekan Ini
-
Rusunawa Jagakarsa Diprioritaskan bagi Masyarakat Penghasilan Rendah
-
Mas Dhito Bakal Teken Kontrak Kinerja Dengan Kepala OPD Dalam Periode Kedua
-
Ingatkan Pengusaha Izin Ke Warga Sebelum Jalankan Usaha, Pemkot Jaksel: Jangan Mentang-mentang Ada OSS
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Bukan Akira Nishino, 2 Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Asia
- Diisukan Cerai, Hamish Daud Sempat Ungkap soal Sifat Raisa yang Tak Banyak Orang Tahu
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
- 3 Rekomendasi Mobil Keluarga 9 Seater: Kabin Lega, Irit BBM, Harga Mulai Rp63 Juta
Pilihan
-
Wawancara Kerja Lancar? Kuasai 6 Jurus Ini, Dijamin Bikin Pewawancara Terpukau
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
Terkini
-
4 Tahun Utang PON Papua Belum Dibayar, Purbaya Turun Tangan!
-
Efek Domino Kasus Chromebook Nadiem: Kejagung Periksa Pejabat di Daerah
-
GBK Perketat Aturan Fotografi: Siap-Siap Izin Kalau Mau Komersial
-
SPF 50+ Tapi Tetap Ringan? Ini 4 Sunscreen Gel Andalan untuk Kulit Berminyak di Iklim Tropis
-
3 Rekomendasi Pompa Air Celup Terbaik untuk Rumah Tangga Supaya Bebas Banjir