Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Selasa, 03 Juni 2025 | 20:28 WIB
Ilustrasi seseorang bertemu dengan tenaga ahli untuk sesi terapi kesehatan mental [Suara.com/ANTARA]

5. Bangun Lingkungan Sosial yang Suportif

Rasa kecewa bisa terasa lebih berat jika dijalani sendirian. Maka penting untuk memiliki lingkungan yang suportif—baik keluarga, sahabat, maupun komunitas.

Dukungan emosional dari orang-orang terdekat dapat membantu kita merasa diterima, dipahami, dan tidak merasa gagal sendirian.

6. Belajar dari Kegagalan, Susun Strategi Baru

Baca Juga: Emosi Tak Diizinkan Bertemu Istri yang Telah Lama Pisah Ranjang, Pria di Depok Tusuk Adik Ipar hingga Tewas

Menurut Phoebe, kegagalan bukan akhir dari segalanya. Justru, pengalaman gagal bisa menjadi sarana pembelajaran paling berharga dalam hidup.

“Penting bagi kita untuk mengingat bahwa kegagalan dapat menjadi sarana untuk belajar dan mengembangkan diri. Selain itu, jalan untuk mencapai tujuan bisa ditempuh melalui berbagai cara,” ungkapnya.

Luangkan waktu untuk berefleksi, evaluasi kesalahan, lalu susun strategi baru. Ini bukan tentang menyerah, melainkan mengubah sudut pandang.

7. Jangan Ragu Mencari Bantuan Profesional

Jika perasaan kecewa sudah terlalu berat hingga mengganggu aktivitas harian, jangan ragu untuk mencari bantuan dari psikolog atau konselor profesional.

Baca Juga: Sampoerna School System Ajak Para Guru dan Pengajar Lebih Sadar Kesehatan Mental

Phoebe menegaskan bahwa bantuan profesional dapat membantu:

- Mengelola emosi dengan lebih sehat

- Menyusun rencana pemulihan psikologis

- Menumbuhkan optimisme dan ketahanan diri

Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Tidak ada yang salah dengan meminta pertolongan.

Menghadapi kekecewaan memang tidak mudah. Tapi dengan memahami emosi yang muncul, tidak membandingkan diri secara tidak sehat, dan terus bergerak maju dengan langkah-langkah kecil, kita bisa bangkit lebih kuat.

Load More