Muhammad Yunus
Selasa, 17 Juni 2025 | 15:40 WIB
Suasana pabrik pembuatan tahu tempe di kawasan Klender, Jakarta Timur, Sabtu (29/8). [suara.com/Oke Atmaja]

Dalam pertemuan tersebut, pihak kementerian memberikan peringatan keras agar praktik pembakaran sampah plastik segera dihentikan.

Hasil Kajian: Udara, Air, dan Tanah Terpapar Racun

Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh KLH/BPLH bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sidoarjo, ditemukan fakta mencengangkan mengenai tingkat pencemaran lingkungan di sekitar area pembakaran.

Beberapa temuan penting meliputi:

-Kualitas udara dalam radius 100, 300, dan 500 meter dari titik pembakaran tergolong “Tidak Sehat” menurut Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU).

-Emisi cerobong industri di Dusun Areng-Areng menunjukkan kadar Total Partikulat, Karbon Monoksida (CO), dan Hidrogen Fluorida (HF) yang melampaui baku mutu nasional.

-Air permukaan di sekitar lokasi menunjukkan kandungan fecal coliform sebesar 3.500.000 dan total coliform 5.400.000, jauh di atas ambang batas aman.

-Sampel tanah di Dusun Klagen mencatat kandungan dioksin/furan hingga 4.030 pg/g, menandakan pencemaran berat.

-Zat beracun juga ditemukan dalam telur ayam dan cacing tanah, menunjukkan telah terjadi proses bioakumulasi di dalam rantai makanan.

Baca Juga: Jurus Indonesia Taklukkan Isu Lingkungan: Tingkatkan Daya Saing Kelapa Sawit di Pasar Dunia

Ancaman bagi Kesehatan Masyarakat

Zat berbahaya seperti dioksin dan furan sangat berisiko terhadap kesehatan manusia. Menurut KLH, paparan senyawa ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan:

-Kanker

-Kerusakan sistem saraf

-Gangguan hormon

-Masalah reproduksi

Load More