Ini adalah aspek terpenting namun sering terlewatkan. Kesiapan mental setiap jenjang pendidikan berbeda:
- Anak SD: Bagi anak yang baru masuk SD atau naik kelas, ciptakan suasana yang menyenangkan tentang sekolah. Ceritakan hal-hal positif seperti bertemu teman baru, belajar hal seru, atau kegiatan ekstrakurikuler yang menarik. Kurangi kecemasan mereka dengan memastikan mereka tahu akan dijemput siapa dan kapan.
- Anak SMP: Masa transisi dari SD ke SMP cukup krusial. Anak akan dihadapkan pada lingkungan yang lebih luas, mata pelajaran yang lebih kompleks, dan tekanan sosial yang lebih tinggi. Ajak mereka berdiskusi tentang kekhawatiran mereka. Beri pemahaman bahwa merasa gugup adalah hal yang wajar dan bekali mereka dengan rasa percaya diri.
- Anak SMA: Di tingkat ini, anak mulai berpikir lebih serius tentang masa depan, seperti pilihan jurusan kuliah dan karier. Tekanan akademik semakin tinggi. Tugas orang tua adalah menjadi teman diskusi yang baik. Bantu mereka menetapkan tujuan akademis yang realistis dan kelola ekspektasi agar tidak menjadi beban.
5. Cek Kesehatan Fisik Anak
Pastikan anak dalam kondisi fisik yang prima untuk memulai aktivitas belajar. Periksa kembali jadwal vaksinasi, kesehatan gigi, dan jika perlu, kesehatan mata.
Anak yang sering mengeluh pusing atau sulit melihat papan tulis mungkin memerlukan pemeriksaan mata. Tubuh yang sehat adalah modal utama untuk dapat menyerap pelajaran dengan baik.
6. Siapkan Bekal dan Transportasi
Pikirkan tentang menu bekal sehat untuk anak. Menyiapkan bekal dari rumah tidak hanya lebih higienis tetapi juga memastikan asupan gizi mereka terpenuhi.
Selain itu, pastikan juga urusan transportasi sudah jelas, apakah anak akan diantar-jemput, menggunakan kendaraan umum, atau layanan antar-jemput sekolah. Lakukan simulasi perjalanan jika rute atau moda transportasinya baru.
7. Tetapkan Tujuan dan Ekspektasi Bersama Anak
Ajak anak duduk bersama dan diskusikan tujuan yang ingin mereka capai di tahun ajaran baru ini. Apakah ingin memperbaiki nilai di mata pelajaran tertentu, aktif di OSIS, atau mencoba ekstrakurikuler baru?
Baca Juga: Lurah dan Camat Tidak Kelola Sampah Akan Dapat Sanksi
Menetapkan tujuan bersama membuat anak merasa memiliki 'proyek' ini dan lebih termotivasi untuk menjalankannya. Hindari memaksakan kehendak dan biarkan mereka menyuarakan keinginan mereka sendiri.
Berita Terkait
Terpopuler
- Satu Kata Misteri dari Pengacara Pratama Arhan Usai Sidang Cerai dengan Azizah Salsha
- 15 Titik Demo di Makassar Hari Ini: Tuntut Ganti Presiden, Korupsi CSR BI, Hingga Lingkungan
- 3 Negara yang Bisa Gantikan Kuwait untuk Jadi Lawan Timnas Indonesia di FIFA Matchday
- Liga Inggris Seret Nenek ke Meja Hukum: Kisah Warung Kopi & Denda Ratusan Juta yang Janggal
- Deretan Kontroversi yang Diduga Jadi Alasan Pratama Arhan Ceraikan Azizah Salsha
Pilihan
-
Bahas Nasib Ivar Jenner, PSSI Sebut Pemain Arema FC
-
Link CCTV Jakarta Live: Gedung DPR/MPR, Patung Kuda, Benhil dan GBK
-
Danantara Tunjuk 'Ordal' Prabowo jadi Komisaris Utama PGN
-
Jangan Tertipu Tampilan Polosnya, Harga Sneaker Ini Bisa Beli Motor!
-
Tom Haye ke Persib, Calvin Verdonk Gabung ke Eks Klub Patrick Kluivert?
Terkini
-
Dapat Saldo DANA Gratis Itu Mudah! Ikuti 4 Langkah Ini, Awas Jangan Sampai Tertipu
-
Wacana LPG 3 Kg Pakai NIK: Puan Minta Pemerintah Edukasi Masyarakat
-
Rapper Melly Mike Menikmati Keindahan Kota Jakarta Lewat Trip Singkat
-
Rezeki Nomplok! Sikat 7 Link Saldo DANA Kaget, Ratusan Ribu Rupiah Siap Masuk Dompet
-
Kejutan Link DANA KAGET Siang Ini, Rp 477 Ribu Saldo Gratis Siap Jadi Rebutan