Memang bila melihat angka tingkat kematian atau bisa disebut case fatality rate, sesungguhnya tingkat kematian Covid di Jakarta memang rendah, yaitu 2,7 persen. Lebih rendah dari tingkat kematian nasional di angka 4,1 persen, bahkan lebih rendah ditingkat kematian global diangka 3,3 pewrsen.
Atas izin Allah Jakarta secara signifikan berhasil menekan angka kematian itu. Siapa yang paling berjasa menekan angka kematian ini? Lagi-lagi atas izin Allah para tenaga kesehatan di Jakarta yang sigap menangani setiap kasus mempertaruhkan nyawa, risiko keshatan diri mereka sendiri, dan alhamdulillah dengan jumlah tes yang juga memadai ikut mendukung untuk Jakarta menemukan kasus lebih dini sehingga bisa dilakukan perawatan, bila ditemukan positif, dengan testing yang tinggi terdeteksi awal mereka yang memiliki komorbid atau penyakit bawaan, mereka yang lansia bila posiitf langsung isolasi dan langsung dirawat.
Itulah sebabnya mengapa tingkat kematian di Jakarta secara persentase menjadi rendah karena angka testing tinggi tenaga kesehatan yang sigap. Walaupun tingkat kematian di Jakarta ini terus menurun, tapi jumlah absolutnya tambah, secara absolut jumlah kematian harian kita juga tambah.
Jadi kalau kita lihat di data ini adalah gambar di mana tingkat kematian di Jakarta, meskipun tingkatnya rendah tapi absolutnya terus meningkat. Ini saya tunjukkan di data ini jumlah atau tingkat kematiannya sejak pertengahan Agustus sampai dengan September menunjukkan tren yang meningkat.
Baca Juga:Jakarta PSBB Total, Semua Tempat Hiburan Ditutup Kembali
Ini adalah kondisi yang sangat tidak menggembirakan, angka pemakaman yang menggunakan protal Covid juga meningkat, artinya ini adalah data pemakaman tiap hari di jakarta bila dilihat di grafik ini saya akan menunjukkan kita perhatikan di sini, angka kematian sempat meningkat lalu kita melakukan pengetatan dengan PSBB, alhamdulillah turun dan itu menurun terus sampai awal atau pertengahan Agustus, sesudah pertengahan Agustus, terjadi peningkatan terus-menerus.
Di sebelah kita menyaksikan angkanya makin hari makin tinggi, jadi bila diperhatikan di awal kita menyaksikan angka kematian tinggi, lalu turun, lalu datar dalam dua minggu terakhir ini angka kematian meningkat kembali.
Persentase memang turun, tapi secara nomimal angka kematiannya meningkat terus setiap hari, ini yang harus kita perhatikan dan saya harus garisbawahi ini bukan angka statistik, setiap kematian satu orang adalah kematian saudara kita dan itu terlalu banyak, pada setiap kematian ada keluarga, ada teman-teman yang ditinggalkan lebih cepat, dan setiap satu angka kematian sesungguhnya adalah satu orang yang disayangi yang dibutuhkan kehadirannya bagi banyak orang yang lain. Karena itu setiap satu kematian bukan angka statistik saja, ini adalah nyawa saudara kita yang harus selalu kita usahakan untuk diselamatkan.
Angka kedua yang ingin saya ingin berikan adalah kasus aktif, kasus aktif adalah orang-orang yang positif COVID-19 yang masih menjalani islasi dan perawatan dan belum dinyatakan sembuh, jadi di dalam penanganan Covid ini ada kasus baru yang masuk dala sistem penangana kita.
Lalu di akhir penanagan ada dua, satu meninggal, satu sembuh, yang mereka masih di dalam sudah ditemukan positif tapi belum sembuh masih dalam isolasi inilah kasus aktif.
Baca Juga:PSBB Total Akan Kembali Diterapkan, Makanan Restoran Hanya Boleh Dibungkus
Mengapa penting untuk memahami kasus aktif ini dan mengetahui angkanya? Karena ini terkait kapasitas fasilitas kesehatan di Jakarta, dan diantara kasus aktif ini ada tiga kelompok, kelompok yang tak bergejala, kelompok yang bergejala ringan, dan kelompok yang bergejala sedang dan berat, kelompok yang sedang dan berat inilah yang membutuuhkan perawatan rumah sakit bahkan yang kritis membutuhkan fasiitas ICU.
Jadi secara rata-rata selama perjalanan 6 bulan ini kita bisa mengatakan 50-an persen tanpa gejala, 35-an persen bergejala ringan, 15-an persen bergejala sedang atau berat. Nah, ini yang membutuhkan pelayanan rumah sakit.
Kelompok inilah yang kita harus perhitungkan, kasus aktif dan bergejala sedang atau berat. Di Jakarta saat ini kenyataannya kita memiliki fasilitas kesehatan cukup besar dalam skala indonesia, ada 190 rumah sakit dan 67 di antaranya adalah rumah sakit rujukan,
Di Jakarta juga rasio dokter perpopulasi juga cukup tinggi, dibandingkan rata-rata nasional, tetapi saat ini ambang batas sudah hampir terlampaui.
Jadi memperhatikan tadi, bahwa angka yang menjadi penanda kapasitas kesehatan kita dalam menangani covid ini keterpakaian tempat tidur isolasi, dan keterpakaian ICU. Kapasitas ketersediaan dipengaruhi juga dengan ketersediaan tenaga kesehatan yang mampu menangani wabah, juga jumlah APD, juga peralatan dan obat-obatan.
Saat ini, jakarta memiliki 4.053 tempat tidur iosolasi khusus covid-19, dan per kemarin sudah 77 persen terpakai, jadi dari angka 4.053 77 persen terpakai.