SuaraJakarta.id - Persaudaraan Alumni (PA) 212 mengecam keras Satrio merobek Al Quran dan mencoret musala dengan kata "Saya Kafir" dan "Anti Islam" di Musala Darussalam Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang.
Hal itu dikatakan Ketua Umum PA 212 Slamet Ma'arif.
PA 212 melihat gaya merobek Al Quran yang dilakukan Satrio seperti PKI atau Partai Komunis Indonesia.
Persaudaraan Alumni (PA) 212 menilai tindakan pelaku tidak bisa didiamkan begitu saja karena dianggap sudah seperti simpatisan PKI.
Baca Juga:Kenang Sejarah Kelam G30S PKI, Sukabumi Kibarkan Bendera Setengah Tiang
"Polisi mesti tegas dan transparan dalam memproses pelaku ini sudah gaya-gaya PKI yang tidak bisa didiamkan," kata Slamet saat dihubungi Suara.com, Rabu (30/9/2020).
Hal itu dimintanya sebab Slamet khawatir malah umat Islam lainnya yang bakal memproses pemuda tersebut.
Ia menegaskan bahwa apa yang dilakukan Satrio tidak dapat dibenarkan.
"Saya khawatir kalau pihak kepolisian tidak tegas dan jelas, umat akan ambil hukum adat dan hukum agama," ujarnya.
"Apapun alasannya ini tidak dibenarkan dalam negara hukum," kata dia.
Baca Juga:Pemuda Corat-coret Musala, PA 212 Minta Laskar Jaga Ulama dan Tempat Ibadah
Palaku tunggal
Polisi mengklaim Satrio pelaku tunggal. Hanya dia yang melakukan pengrusakan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kapolsek Pasar Kemis AKP Fikry Ardiansyah saat dikonfirmasi Suara.com, Rabu (30/9/2020).
"Dia adalah pelaku tunggal atas semua perbuatannya di Musala Darussalam," ujar Fikry melalui sambungan telepon.
Warga setempat sama sekali tidak ada yang melihat Satrio memasuki musala.
Warga menduga remaja berusia 18 tahun ini telah masuk lewat pintu belakang.
Hal itu diungkapkan oleh Anita, pemilik warung sembako yang berada di depan musala. Dia mengaku sama sekali tidak melihat pelaku masuk ke dalam.
"Saya itu dari sehabis zuhur mengawasi anak-anak main di depan rumah. Tidak keliatan sama sekali dia masuk. Saya kan depan musala ini seharusnya keliatan dia masuk," ucapnya kepada Suara.com di lokasi, Rabu pagi.
"Saya sih menilainya kemungkinan dia masuk dari pintu belakang musala," sambung ibu dua anak ini.
Anita menuturkan, peristiwa tersebut baru terungkap ketika salah seorang jamaah hendak menunaikan salat Ashar.
"Ketahuannya itu pas ramai salah seorang jamaah mau salat, masuk ke dalam. Dia teriak sambil istigfar karena melihat kondisi musala sudah penuh coretan," ungkapnya.