
Bawa Satrio Berobat
Pihak keluarga, kata sang Ayah, juga telah berusaha membawa Satrio berobat. Mulai dari pengobatan alternatif hingga ke psikolog.
"Saya sudah berupaya mengobati Satrio. Pertama di perobatan alternatif di wilayah Tangerang Selatan. Tiga kali berobat tak ada perubahan," jelasnya.
"Kemudian saya punya inisiatif mengajak Satrio berobat ke psikolog di Rumah Sakit Mayapada. Kata psikolog, dia nggak bisa gambar dan tak bisa mengeluarkan jati diri," paparnya.
Baca Juga:Masjid se-Tangsel Siaga 1, Dijaga Ketat Usai Penyerangan Musala Saya Kafir
Hingga terakhir, lanjutnya, Satrio diajak berobat ke hypnoterapi. Sayang, baru mau kedua kalinya berobat ke sana, peristiwa vandalisme itu terjadi.
"Kenapa saya selalu mengajak anak saya berobat, dia orangnya selalu emosi, bicaranya melantur tidak masuk akal," ungkapnya.
"Beberapa kali saya mencoba luruskan tapi tetap pada pendiriannya itu," lanjutnya.
![K dan A, orang tua tersangka vandalisme Satrio Katon Nugroho, menunjukkan surat keterangan hypnoterapi yang tengah dijalani putranya saat ditemui di kediaman mereka di Kabupaten Tangerang, Kamis (1/10/2020). [Suara.com/Ridsha Vimanda Nasution]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/10/01/76111-ortu-tersangka-vandalisme-satrio-katon-nugroho.jpg)
Cekik Ibu
Imbas gangguan psikis yang diidap Satrio tak hanya berdampak pada orang lain. Sang ibu kandung juga terkena imbasnya.
Baca Juga:Wamenag Sebut Aksi Vandalisme Satrio di Musala Darussalam Cemarkan Islam
Diungkapkan sang ayah, Satrio sempat mencekik ibundanya. Peristiwa itu terjadi pada Senin (28/9/2020), atau sehari sebelum peristiwa vandalisme itu terjadi.