Mantan Kiper Persija Meninggal Dunia Kena DBD, Waspada 3 Fase Penyakit Ini!

Anda wajib tahu 3 fase pada penyakit DBD, penyakit yang merenggut nyawa mantan kiper Persija, Daryono.

Vania Rossa | Luthfi Khairul Fikri
Senin, 09 November 2020 | 12:30 WIB
Mantan Kiper Persija Meninggal Dunia Kena DBD, Waspada 3 Fase Penyakit Ini!
Foto: Mantan kiper Persija Jakarta, Daryono saat masih berseragam tim Macan Kemayoran. [dok. Persija].

SuaraJakarta.id - Mantan kiper Persija Jakarta, Daryono, dikabarkan meninggal dunia karena terkena penyakit demam berdarah dengue atau DBD. Daryono meninggal dunia pada Senin (9/11/2020) pagi setelah sebelumnya sempat mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.

Perlu diketahui, virus DBD menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk betina Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Jika tidak ditangani dengan benar, penyakit DBD dapat menyebabkan perdarahan yang dapat mengakibatkan syok dan kematian.

Seseorang yang terkena DBD akan mengalami 3 fase, yaitu fase demam, kritis, dan pemulihan. Ketiga fase demam berdarah ini penting sekali untuk dipahami agar dapat dilakukan penanganan yang optimal.

Dikutip dari Alodokter, ini 3 fase yang dialami pasien DBD, yang harus Anda ketahui.

Baca Juga:Waspada DBD Saat Musim Hujan, Kenali Gejala Demamnya

1. Fase demam (febrile phase)
Pada fase ini, pasien akan mengalami demam tinggi hingga 40 derajat Celsius yang berlangsung selama 2-7 hari. Selain itu, pasien juga akan mengalami beberapa gejala lain, seperti mual, muntah, sakit kepala, sakit tenggorokan, muncul bintik-bintik kemerahan di kulit, serta nyeri otot, tulang, dan sendi.

Dalam fase ini, dokter akan memantau jumlah keping darah (trombosit), karena biasanya jumlah trombosit mengalami penurunan dengan cepat hingga kurang dari 100.000/mikroliter darah. Penurunan jumlah trombosit ini terjadi dalam waktu singkat, yaitu 2-3 hari.

2. Fase kritis (critical phase)
Setelah melewati fase demam, banyak pasien merasa dirinya telah sembuh karena suhu tubuhnya mulai turun. Padahal, ini justru fase yang paling berbahaya, karena kemungkinan bisa terjadi perdarahan dan kebocoran plasma darah yang akan menyebabkan syok dan berpotensi mengancam nyawa.

Fase kritis dapat terjadi 3-7 hari sejak demam dan berlangsung selama 24-48 jam. Pada fase ini, cairan tubuh penderita harus dipantau ketat. Pasien tidak boleh kekurangan maupun kelebihan cairan.

Pada beberapa kasus, pasien dapat mengalami syok atau penurunan tekanan darah yang drastis, serta perdarahan pada kulit, hidung, dan gusi. Apabila tidak ditangani segera, kondisi ini dapat berujung pada kematian.

Baca Juga:Penelitian di Brasil Temukan Kaitan Antara DBD dan Covid-19

3. Fase pemulihan (recovery phase)
Setelah melewati fase kritis, pasien akan memasuki fase pemulihan. Fase ini akan terjadi 48-72 jam setelah fase kritis. Di fase ini, cairan yang keluar dari pembuluh darah akan kembali masuk ke dalam pembuluh darah.

Oleh karena itu, sangat penting menjaga cairan yang masuk agar tidak berlebihan. Cairan berlebih dalam pembuluh darah dapat menyebabkan kematian akibat gagal jantung dan edema paru.

Kadar trombosit pun akan meningkat dengan cepat hingga mencapai angka sekitar 150.000/mikroliter darah, sampai kemudian kembali ke kadar normal.

Dalam penanganan DBD, sebenarnya tidak ada pengobatan khusus yang dapat diberikan. Penderita hanya disarankan untuk banyak beristirahat dan minum air putih yang banyak untuk mencegah dehidrasi. Bila perlu, dokter akan memberikan cairan melalui infus. Selain itu, dokter juga akan memberikan obat penurun panas untuk meredakan demam.

Selama melalui fase-fase demam berdarah di atas, kondisi penderita harus terus dipantau. Bila muncul keluhan berupa sesak napas, keluar keringat dingin, atau terjadi perdarahan, segeralah ke IGD di rumah sakit terdekat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini